Kebayang, ya, beratnya? Kondisi seperti ini tentu bikin mereka jadi lebih emosional dan tertekan secara mental, bahkan berpengaruh terhadap kesehatan fisik.
Ada beberapa faktor munculnya sandwich generation mulai dari kurangnya kemampuan finansial hingga pola pikir anak sebagai aset investasi. Yuk, kita bahas satu per satu penyebab kemunculannya!
- Kurangnya Kemampuan Finansial
Faktor utama dari kemunculan generasi sandwich adalah dari segi finansial. Biasanya, keadaan ekonomi keluarga yang pas-pasan memungkinkan seseorang tidak bisa mempersiapkan masa tuanya dengan baik.
- Lanjutan Rantai dari Generasi Sebelumnya
Kebanyakan dari sandwichers adalah penerus dari generasi sebelumnya yang terjepit seperti roti lapis juga. Dengan banyaknya anggota keluarga yang jadi tanggungan dan pendapatan yang pas-pasan, tentu membuat pengeluaran membengkak. Alhasil jadi sulit menabung.
- Pola Pikir Anak Adalah Aset Investasi
Tidak sedikit yang punya anggapan bahwa anak adalah investasi masa tua ibarat memanen padi di sawah. Pola pikir seperti ini rasanya sudah ketinggalan zaman, ya. Agar keturunanmu tidak jadi penerus generasi sandwich, perkaya dirimu dengan pengetahuan seputar finansial.
Sisihkan sedikit demi sedikit sedari muda untuk kehidupan sejahtera di masa tua yang nggak perlu merepotkan anak hingga kerabat dekat.
Baca Juga: Generasi Muda Perlu Tingkatkan Literasi Keuangan Guna Memutus Rantai “Sandwich Generation”
Kategori Sandwich Generation
- The Traditional
Ciri-ciri dari orang yang masuk ke dalam kategori ini adalah berusia 40–50 tahun dan dihimpit oleh orang tua berusia lanjut dan anaknya yang masih membutuhkan dukungan finansial.
- The Club
Kelompok ini berusia antara 30–60 tahun yang harus menanggung beban orang tua, anak, cucu (jika sudah ada), dan kakek-nenek (jika masih hidup).
- The Open Faced
Sandwichers dalam kategori ini adalah siapa saja yang terlibat dalam pengasuhan orang tua berusia lanjut, namun bukan pekerjaan profesionalnya. Pekerja profesional yang dimaksud adalah pengurus panti jompo.