Tips Sebelum Beli Barang Vintage atau Baju Bekas

- 6 Maret 2023, 16:42 WIB
Ilustrasi - tips beli barang vintage dan baju bekas
Ilustrasi - tips beli barang vintage dan baju bekas /angelsover/pixabay
KILAS KLATEN - Barang vintage atau lebih dikenal dengan baju bekas kini banyak diburu oleh masyarakat, terutama anak muda styles. Barang yang dijual masih berkualitas atau layak pakai, dan tentunya dari segi harga yang miring dari harga aslinya.
 
Menanggapi maraknya penjualan barang bekas terutama pada pakaian. Dokter spesialis kulit dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr. Arini Widodo, SpKK membagikan sejumlah tips untuk memilih pakaian bekas atau biasa disebut dengan thrift agar dapat terhindar dari infeksi. Adapun, infeksi yang dimaksudkan tersebut bisa disebabkan oleh virus, jamur, bakteri, dan tungau.
 
Jumat, 3 Maret 2023 ,Arini Widodo menyarankan agar masyarakat yang hendak membeli pakaian bekas untuk memperhatikan kebersihan toko. Apakah tokoh tersebut mengutamakan kebersihan barang-barang yang mereka jual atau tidak.
 
Menurut Arini, mengetahui pemilik sebelumnya dari pakaian bekas yang akan dikenakan pun disebut lebih baik. Contohnya, adik yang akan menggunakan pakaian bekas dari kakaknya, dan sebagainya.
 
    
Selain itu, juga  meminta masyarakat memperhatikan pakaian tersebut, apakah terdapat noda yang menempel atau tidak. Termasuk, noda yang disebabkan oleh kotoran, bercak darah, dan lainnya. Masyarakat juga diminta memastikan pakaian bekas yang akan dibeli itu sudah dicuci terlebih dahulu.
 
"Cium baunya, dari situ bisa menentukan apakah pakaian itu sudah dicuci atau belum. Jangan beli yang belum dicuci karena bisa saja ada agen infeksi yang menempel di situ," ucap Arini.
 
Tips lainnya yaitu menghindari membeli pakaian bekas tertentu, seperti pakaian dalam, handuk, selimut, sprei, dan topi bekas dari toko. Pasalnya, sejumlah barang tersebut memiliki peluang yang lebih besar sebagai media penularan penyakit.
 
Selain soal kebersihan, Arini juga menyarankan agar masyarakat memilih pakaian yang ukurannya pas dengan badan. Ia pun meminta agar calon pembeli pakaian bekas tidak memaksakan ukuran lantaran hal itu bisa menjadi sebuah masalah di kemudian hari.
 
"Kadang-kadang, membeli pakaian bekas itu terbatas pilihan ukurannya, sehingga banyak yang memaksakan ukuran. Padahal ini bisa jadi masalah. Misalnya, celana yang terlalu ketat dan tidak menyerap keringat akan memicu kelembaban dan infeksi jamur," ujarnya.
 
 
Berdasarkan penjelasan Arini, pada kondisi kulit tertentu, seperti dermatitis atopik, maka perlu menerapkan perhatian khusus ketika memilih pakaian bekas. Beberapa di antaranya dengan memastikan bahwa bahan pakaian yang bisa menyerap keringat dengan baik, dan bebas dari bahan alergi seperti tungau, debu rumah, bulu binatang, dan serbuk sari.
 
Selain itu, pada kondisi kulit tersebut juga masyarakat diminta untuk menghindari pakaian dengan bahan wol. Terakhir, Arini menambahkan jika masyarakat juga harus memastikan bahwa pakaian bekas yang akan dibeli itu bebas dari bahan kimia, termasuk desinfektan. Pasalnya, hal tersebut dapat memicu dermatitis.
 
"Biasanya, bahan wol bisa mengiritasi kulit pasien dermatitis atopik," tuturnya seperti dilaporkan Antara.***

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x