BRIN Singgung Kondisi Dalam Negeri Terkait Konflik Rusia dan Ukraina

- 18 November 2022, 09:17 WIB
Rusia Serang Pabrik Rudal dan Fasilitas Produksi Gas di Ukraina
Rusia Serang Pabrik Rudal dan Fasilitas Produksi Gas di Ukraina //Ilustrasi //Pixabay
KILAS KLATEN - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyinggung kondisi dalam negeri terkait dengan konflik Rusia dan Ukraina.
 
Serangan yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina pada 24 Februari 2022 dan hingga kini hubungan keduanya belum juga membaik.
 
Akibat konflik antara Rusia dan Ukraina, ancaman krisis global mulai terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
 
Pemerintah Indonesia perlu memitigasi bagaimana konflik Rusia dan Ukraina. Ini dapat berimplikasi lebih jauh terhadap kepentingan nasional Indonesia," kata Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan, Mego Pinandito.
 
 
Secara khusus, Indonesia perlu menjaga kepentingan nasionalnya dalam beberapa aspek seperti menjaga kredibilitas di tingkat internasional dan forum multilateral, dengan mengedepankan politik luar negeri yang bebas aktif tanpa ditunggangi pihak manapun," ujar Mego Pinandito.
 
Akibat konflik tersebut, krisis pangan dinilai Mego Pinandito menjadi dampak yang paling terasa ole negara-negara di dunia.
 
"Dampak yang paling dirasakan dunia pada saat ini antara lain meningkatnya kerawanan pangan, terbatasnya akses terhadap energi, serta meningkatnya inflasi. Kondisi tersebut menjadi tantangan bagi tatanan dan ketertiban dunia," ucapnya.
 
Sebelumnya, Ketua Pusat Penelitian Energi Baru dan Terbarukan Institut Teknologi Bandung (ITB) Yuli Setyo Indartono dalam keterangan di Jakarta, Minggu, 28 Agustus 2022 silam mengatakan Energi baru dan terbarukan dalam bauran energi dinilai dapat menjadi solusi guna mengatasi krisis energi yang terjadi saat ini dampak konflik geopolitik Rusia dengan Ukraina yang telah membuat harga minyak mentah dunia terkerek naik.
 
Selain itu, tidak ada jaminan harga BBM tidak naik lagi di masa depan. Oleh karena itu, Indonesia perlu meningkatkan penggunaan biodiesel, gasifikasi batu bara, dan biomassa.
 
 
"Kendaraan elektrik juga opsi yang tepat. Norwegia misalnya sudah mencapai 94 persen dan subsidinya pun menyasar segmen masyarakat yang tepat," ujarnya.
 
Yuli mengingatkan pemerintah bahwa insentif bagi rakyat di tengah kenaikan harga BBM tidak hanya berupa bantuan langsung tunai dan bantuan sosial, tetapi memperlebar subsidi agar bisa mencakup kompor listrik dan kendaraan listrik.
 
Menurutnya, dukungan terhadap kompor listrik dan kendaraan listrik melalui subsidi cukup bermanfaat bagi rakyat. Hal ini sejalan dengan program Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo

Sumber: PRMNnews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x