Mengenal Tradisi Padusan, Tradisi Unik Masyarakat Jawa Sebelum Bulan Suci Ramadhan, Manfaat atau Mudharat?

- 20 Maret 2023, 13:06 WIB
Mengenal Tradisi Padusan, Tradisi Unik Masyarakat Jawa Sebelum Bulan Suci Ramadhan, Manfaat atau Mudharat?
Mengenal Tradisi Padusan, Tradisi Unik Masyarakat Jawa Sebelum Bulan Suci Ramadhan, Manfaat atau Mudharat? /pixabay

KILAS KLATEN - Apa itu padusan? Apa makna dan tujuannya? Kapan dilakukannya padusan? Simak artikel dibawah ini.

Bulan ramadhan merupakan bulan suci yang disambut oleh seluruh umat muslim di berbagai penjuru dunia. Umat muslim memasuki bulan suci ini tentu saja banyak persiapan yang dilakukan.

Bukan hanya persiapan fisik untuk menjalani ibadah puasa, namun juga persiapan batin dalam rangka mensucikan diri untuk meningkatkan amalan dan ibadah.

Hal yang sama juga berlaku di Indonesia. Terdapat beragam kegiatan atau tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat Indonesia di berbagai daerah dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadan.

Salah satunya adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta, yang dikenal dengan nama padusan.

Asal Usul Tradisi Padusan

Berasal dari kata adus yang berarti mandi, padusan merupakan tradisi masyarakat Jawa untuk menyucikan diri, membersihkan jiwa dan raga, dalam menyambut datangnya bulan suci.

Tradisi yang merupakan warisan leluhur yang dilakukan secara turun temurun ini dijalani dengan cara berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air.

Baca Juga: Tradisi Ziarah Kubur Menjelang Bulan Ramadhan, Hukum dan Adabnya Menurut Islam

Tujuan Melakukan Tradisi Padusan

Tujuan dari padusan ini adalah agar saat Ramadan datang, kita dapat menjalani ibadah dalam kondisi suci lahir maupun batin.

Selain itu, bila ditelisik lebih jauh, padusan memiliki makna yang sangat dalam yaitu sebagai media untuk merenung dan instropeksi diri dari berbagai kesalahan yang telah dibuat pada masa lalu.

Oleh karena itu, semestinya ritual ini dilakukan seorang diri di tempat yang sepi.

Dalam sepi diharapkan muncul kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya.

Dalam kondisi hening, akan hadir keyakinan dan kesadaran untuk melangkah memasuki bulan Ramadan yang suci sebagai pribadi yang lebih baik lagi.

Akan tetapi, akhir-akhir ini telah terjadi pergeseran nilai terhadap ritual yang merupakan tradisi leluhur ini.

Padusan yang semestinya dilakukan seorang diri, kini telah berubah menjadi mandi, keramas atau berendam beramai-ramai di satu mata air, sehari sebelum menjalani ibadah puasa Ramadan.

Ritual yang semestinya bersifat sakral ini pun telah berubah menjadi komoditi parisiwisata. 

Yang jelas tujuan utama mandi adalah menghilangkan semua kotoran yang menempel di tubuh kita agar menjadi bersih (suci) ketika memasuki bulan suci Ramadhan.

Maka tujuan padusan juga sama untuk menghilangkan semua kotoran yang menempel dalam tubuh kita agar menjadi bersih (suci) ketika memasuki bulan suci Ramadhan.

Kapan padusan dilakukan, biasanya tradisi padusan dilakukan pada H-1 sebelum 1 Ramadhon menurut hitungan kalender (konsep hisab).

Baca Juga: Mengenal Munggahan Tradisi Adat Sunda dalam Menyambut Bulan Ramadhan

Dimanakah padusan akan dilakukan?

Dizaman sekarang ada beberapa anak muda melakukan padusan ke pantai-pantai.

Ada beberapa anak muda melakukan padusan di kolam renang. Ada juga beberapa anak muda melakukannya dengan mandi di sungai.

Kemudian ketika beberapa anak muda melakukan padusan ke pantai-pantai atau ke kolam renang

Tradisi Padusan Bermanfaat Atau Menimbulkan Mudharat?

Tradisi padusan dilakukan oleh semua warga muslim dan muslimah menjelang masuknya bulan suci Ramadhan.

Jika melakukan padusan adalah dengan menghilangkan semua kotoran yang menempel di seluruh anggota badan atau tubuh sehingga ketika menjalankan semua ibadah dibulan Ramadhan dalam keadaan suci, maka tradisi ini akan bermanfaat positif untuk umat muslim.

Adapun mau menyelenggarakan padusan dimana saja, dengan syarat bahwa air yang digunakan untuk padusan adalah suci mensucikan (air mengalir) .

Mau dilakukan  di kolam renang, mau di pantai, mau di sungai, mau di telaga, mau di umbul atau sumber air mengalir, mau di sendang, mau di kamar mandi masing-masing.

Namun, bagaimana hukumnya jika di tempat padusan itu, bercampur baur antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom?

Inilah salah satu mudharatnya, karena berkumpulnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom dan sisi lain juga bisa menimbulkan syahwat.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Ruwahan Menjelang Ramadan dalam Budaya Jawa

Halaman:

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x