KILAS KLATEN – Duty After School: Part 1 telah resmi tayang di layar kaca kita, dan dampaknya sangat kuat. Bagi mereka yang mungkin tidak tahu, Duty After School: Part 1 adalah sebuah drama Korea thriller survival yang diangkat dari webtoon dengan judul yang sama oleh Ilkwon Ha.
Duty After School bercerita tentang peristiwa apokaliptik yang tiba-tiba terjadi di mana makhluk asing berlendir yang disebut "bola" menyerang bumi dan menjadi ancaman besar bagi umat manusia. Situasi menjadi sangat parah sehingga perang pecah, kekuatan militer menjadi lemah, dan pemerintah mengumumkan wajib militer bagi siswa sekolah menengah atas di pasukan cadangan untuk melawan kejahatan yang tidak diketahui dengan imbalan poin tambahan di CSAT.
Adaptasi drama Korea Duty After School ini dibuat dengan baik, dengan pemeran yang solid dan CGI yang tidak terlalu mencolok. Penting untuk dicatat bahwa drama ini mengambil kebebasan kreatif dan menyimpang dari webtoon di beberapa bagian.
Baca Juga: Sinopsis Drama Duty After School, Webtoon Scifi Thriller yang Tayang Bulan Maret
Tekanan Akademis
Seluruh premis dari "Duty After School: Bagian 1" didasarkan pada fakta bahwa tekanan pendidikan, terutama untuk siswa sekolah menengah atas, cukup buruk sehingga siswa (dan sebagian besar orang tua mereka) bersedia mempertaruhkan nyawa mereka untuk mendapatkan beberapa poin tambahan. Pemerintah sangat menyadari hal ini dan menggunakannya sebagai pengaruh untuk mewajibkan siswa yang seharusnya mengambil CSAT menjadi pasukan cadangan militer.
Remaja Menjadi Remaja
Duty After School: Part 1, seperti namanya, berlatar belakang sekolah menengah atas dan menampilkan siswa sekolah menengah atas sebagai karakter utama dalam cerita. Oleh karenanya, penonton tidak bisa mengharapkan perilaku dewasa dan bertanggung jawab dari para remaja yang telah didorong langsung ke dalam perang tanpa persiapan apa pun.
Akademi Horor
Beberapa hari sebelum CSAT, para siswa senior di SMA Sungjin menjalani wajib militer dan mengikuti pelatihan militer untuk melawan benda-benda yang membawa malapetaka bagi planet ini. Mereka tidak diperbolehkan pulang ke rumah atau mengakses ponsel mereka untuk berkomunikasi dengan orang yang mereka cintai di luar.
Ruang kelas diubah menjadi asrama, dan hanya disediakan kebutuhan dasar. Namun, pada awalnya, semua itu tampak menyenangkan dan seperti berkemah. Para siswa bergiliran untuk tugas jaga malam dan perlahan-lahan mulai menjalin ikatan satu sama lain.
Karena para siswa dikurung dan diisolasi dari dunia luar, hal ini juga membuat mereka menjadi lebih paranoid. Mereka selalu gelisah dan hanya ingin keluar dari sana, meskipun tidak ada gunanya bagi mereka jika mereka melakukannya.
Baca Juga: Pyramid Game, Webtoon Thriller Sekolah Yang Akan Diadaptasi Ke Dalam Drama Korea
Akhir dari karakter
Cobalah untuk tidak memilih karakter favorit karena acara ini tidak menjamin kelangsungan hidup mereka, terlepas dari apakah mereka karakter utama atau bukan. Setiap karakter memiliki risiko yang sama, entah hidup ataupun mati.
Makhluk Asing yang Berkembang
Bola yang mereka buru mulai mengembangkan kecerdasan yang lebih tinggi, yang membuat mereka semakin tak terduga dan lebih sulit untuk dilumpuhkan. Untungnya, para siswa kelas 3-2 juga telah berevolusi, belajar untuk saling percaya dan bekerja sama. Hal ini memungkinkan mereka untuk mendeteksi pola mereka lebih awal dan menyusun rencana untuk keuntungan mereka.
Pelindung Plot
Plot armor mengacu pada kiasan di mana karakter utama entah bagaimana selalu bertahan hidup karena mereka dibutuhkan agar cerita dapat terus berlanjut. Hal ini memang kontras dengan kiasan #4 yang disebutkan sebelumnya, tetapi entah bagaimana Duty After School: Part 1 berhasil memasukkan keduanya.
Baca Juga: 10 Intro Drama Korea Terbaik yang Tidak Boleh Kalian Lewatkan
Pengorbanan Utama
Seperti yang biasa terjadi pada film thriller bertahan hidup, Duty After School: Part 1 juga menampilkan beberapa pengorbanan yang cukup besar untuk kebaikan yang lebih besar yang akan membuat kalian patah hati dan mungkin juga marah. Banyak dilema yang diselesaikan dengan pengorbanan atau setidaknya menyarankan pengorbanan sebagai satu-satunya solusi yang mungkin.***