KILAS KLATEN – Ketakutan akan ketinggalan, atau FOMO, mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain lebih bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik daripada diri sendiri. Hal ini melibatkan rasa iri yang mendalam dan memengaruhi harga diri.
Fenomena ini menjadi semakin umum-terutama berkat media sosial-dan dapat menyebabkan stres yang signifikan dalam hidup. Hal ini dapat memengaruhi siapa saja, tetapi beberapa orang memiliki risiko yang lebih besar.
Media sosial telah mempercepat fenomena FOMO dalam beberapa cara. Media sosial memberikan situasi di mana kalian membandingkan kehidupan biasa kalian dengan sorotan kehidupan orang lain.
Baca Juga: Banyak Blink Berburu Merchandise Blackpink, Ini Alasan Penggemar Koleksi Barang-Barang K-Pop
Media sosial menciptakan sebuah platform untuk menyombongkan diri, di sinilah berbagai hal, peristiwa, dan bahkan kebahagiaan itu sendiri terkadang terlihat bersaing. Orang-orang membandingkan pengalaman terbaik mereka, pengalaman yang sempurna, yang mungkin membuat kalian bertanya-tanya apa yang kurang dari diri kalian.
Tidak mengherankan jika remaja menggunakan situs jejaring sosial dengan tingkat yang tinggi dan mungkin mengalami FOMO sebagai akibatnya. Menariknya, bagaimanapun juga, FOMO bertindak sebagai mekanisme yang memicu penggunaan jejaring sosial yang lebih tinggi.
Selain meningkatnya perasaan tidak bahagia, rasa takut ketinggalan dapat menyebabkan keterlibatan yang lebih besar dalam perilaku yang tidak sehat. Data menunjukkan bahwa FOMO paling banyak terjadi di kalangan milenial.