Candi Sewu, Bukti Toleransi Beragama di Klaten Telah Terbangun Sejak Dahulu Kala

- 29 Mei 2022, 23:12 WIB
Salah satu candi di Kabupaten Klaten yang menarik untuk dikunjungi adalah Candi Sewu. Candi ini terletak di Desa Bugisan, Prambanan, Klaten.
Salah satu candi di Kabupaten Klaten yang menarik untuk dikunjungi adalah Candi Sewu. Candi ini terletak di Desa Bugisan, Prambanan, Klaten. /klatenkab.go.id

KILAS KLATEN – Selain memiliki banyak destinasi wisata alam, Kabupaten Klaten juga memiliki banyak destinasi wisata sejarah berupa bangunan candi yang menarik untuk dikunjungi. Tidaklah mengherankan jika Klaten pun dikenal dengan julukan kota seribu candi.

Salah satu candi di Kabupaten Klaten yang menarik untuk dikunjungi adalah Candi Sewu. Candi ini terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.

Candi Sewu termasuk dalam daftar warisan dunia Unesco No. 246, serta sudah ditetapkan menjadi Cagar Budaya Nasional dengan nomor penetapan SK Menteri No. 157/M/1998.

Candi Sewu termasuk dalam satu kawasan dengan Kompleks Candi Prambanan, Candi Lumbung, Candi Bubrah dan Candi Ghana. Tepatnya berada di sebelah utara Kompleks Candi Prambanan. Oleh karena itu, jika mau berkunjung ke candi Sewu, pengunjung cukup hanya dengan membeli tiket masuk ke Candi Prambanan.

Candi Prambanan merupakan candi yang berlatar agama Hindhu, sedangkan Candi Sewu, Candi Lumbung dan Candi Bubrah berlatar agama Buddha. Hal ini merupakan sebuah bukti kebersamaan beragama atau toleransi yang pada saat itu.

Nama Candi Sewu sendiri konon berasal dari kebiasaan orang Jawa untuk menyebut sesuatu dalam jumlah banyak, yaitu dengan istilah “Sewu” atau seribu.

Hal tersebut untuk menggambarkan bahwa Kompleks Candi Sewu memang memiliki banyak candi-candi kecil yang berdiri di area seluas 187 x 171 m. Tercatat, ada 249 bangunan candi yang terdiri dari sebuah candi utama, 8 candi apit, dan 240 Candi Perwara.

Pada setiap pintu masuk Kompleks Candi Sewu terdapat arca Dharapala. Berdasarkan Prasasti Kelurak yang berangka tahun 782 dan Prasasti Manjusrigrha yang berangka tahun 792 yang ditemukan pada tahun 1960, nama asli candi ini sebenarnya adalah ”Prasada Vajrasana Manjusrigrha”.

Istilah Prasada bermakna candi atau kuil, sementara Vajrajasana bermakna tempat Wajra (intan atau halilintar) bertakhta, sedangkan Manjusri-grha bermakna Rumah Manjusri. Manjusri sendiri konon adalah salah satu Boddhisatwa dalam ajaran buddha.

Candi Sewu diperkirakan dibangun pada abad ke-8 masehi pada akhir masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Rakai Panangkaran (746–784) adalah raja yang termahsyur dari kerajaan Mataram Kuno.

Halaman:

Editor: Masruro


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x