Network
KILAS KLATEN - Perbincangan bersama salah satu TKI yang tidak ingin namanya disebutkan. Dia menceritakan bagaimana perjalanannya menjadi seorang TKI dengan Negara tujuan Hongkong.
Awalnya Dia tidak ingin menjadi TKI, berpikir menjadi TKI itu pekerjaan rendah banget, sedangkan ia sendiri juga kesulitan mendapatkan pekerjaan di Indonesia, negeri tempatnya di lahirkan.
Karena permintaan orang tua dan kakaknya juga seorang TKI, akhirnya dia memilih masuk PT, di mana tempat pelayanan untuk mempertemukan TKI sesuai kemampuan untuk medapatkan pekerjaan di luar Negeri. Selama 6 bulan di PT susah senang dia rasakan.
Di PT sama seperti di sekolah. Ada yang dikucilkan dan terkucilkan menjadi hal biasa. “Namanya orang banyak, gak pandang meski banyak yang sudah dewasa sekalipun. Kadang suka pilih-pilih,” ucapnya.
Waktu itu usia dia masih 21tahun, kepribadian dia yang introvert juga menjadi kesulitan untuk mendapatkan teman dan kesulitan menyesuaikan keadaan. Hingga akhirnya mendapatkan teman yang seumuran, berteman sampai sekarang.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Dorong Kades, Camat, dan Bupati Terkait Peluang Kerja Warga Kategori Miskin Ekstrem
Perjuangan menjadi TKI bagi dia tidak mudah, meninggalkan ibunya yang sakit-sakitan sendirian di rumah sangatlah sulit. Belum lagi menyesuaikan tempat bekerja dengan bahasa yang kurang fasih dan juga belum tentu mendapatkan bos yang baik.
Sebelum 2tahun dia bekerja mendapatkan kabar Ibunya meninggal. Ingin pulang tidak boleh karena memakan waktu dan hal lainnya.
Terkadang dia menyalahkan diri sendiri atas kepergian ibunya, tidak bisa menjaga sampai pergi. Tetapi jika dipikir lagi dirinya tidak mungkin bisa kuat atau sewaras sekarang, jika berada di rumah, karena kedekatan dengan ibunya dan dia anak bungsu.
