Potret Pemilu Serentak 2024, Dinantikan Tidak Hanya Sebagai “Pepesan Kosong”.

- 26 April 2023, 11:52 WIB
Ilustrasi - Potret Pemilu Serentak 2024, Dinantikan Tidak Hanya Sebagai “Pepesan Kosong”.
Ilustrasi - Potret Pemilu Serentak 2024, Dinantikan Tidak Hanya Sebagai “Pepesan Kosong”. /Diya Meilisa/Kilas Klaten

KILAS KLATEN - Melansir dari tulisan Dopen. B Toka, Ketua EK-LMND Manado dalam menyikapi Pemilu 2024 mendatang.

Dalam tulisannya Dopen mengatakan jika perlunya sikap cerdas dari masyarakat untuk bagaimana memainkan peran serta gagasan utama dalam mewujudkan cita-cita perubahan agar siapa terpilih nanti dalam Pemilu 2024 tidak akan membuat masyarakat semua miris dan perubahan yang dinantikan tidak hanya bagai “pepesan kosong”.

Segmen ini tentu menjadi tanggung jawab pemuda juga sebagai motor penggerak untuk melakukan pendidikan politik kepada rakyat dalam menjemput hajatan politik bersama. 

Karna Idealnya, semangat berpolitik yang besar dan meluas ini dibarengi dengan pendidikan politik yang baik pula, padahal demokrasi tidak sekedar dimaknai dengan siapa memilih dan siapa dipilih, berapa jumlah partai politik atau siapa menang dan siapa kalah.

Akan tetapi lebih dari itu harus diikut sertakan dengan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana cita-cita Undang-Undang Dasar 1945, agar Masyarakat tidak sekedar menjadi objek kekuasaan tetapi hak rakyat berupa pendidikan politik harus diberikan secara adil serta kesejahteraan mempunyai langkah yang kongkrit bukan hanya bualan semata.

Baca Juga: Resmi Jadi Capres, Berapa Harta yang Dimilki Ganjar Pranowo?

Tantangan Pemilu 2024 Mendatang

“Saat ini bagi bangsa Indonesia politik merupakan entitas yang kurang disukai, bahkan dibenci, hal ini dikarenakan perilaku para politikus yang tidak konsisten antara ucapan dan tindakan di lapangan," ujarnya.

Politik terlalu banyak mempertontonkan konflik bahkan banyak mencampur adukan kepentingan politik dengan isu SARA, sehingga menimbulkan kekerasan yang menyebabkan banyak rakyat yang menjadi korban, baik secara fisik maupun jiwa.

Selain itu banyak politikus yang terjerumus kedalam prilaku-perilaku yang tidak terpuji menyangkut harta negara ( korupsi ), baik di tataran eksekutif, legislatif bahkan yudikatif. 

Halaman:

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x