Perusahaan Rintisan Akuakultur Indonesia Efishery Kumpulkan $200 Juta Demi Tujuan Ini

- 8 Juli 2023, 10:33 WIB
Komoditas ikan nila kini dijuluki “emas hitam” pada usaha budidaya perikanan air tawar, karena gambaran usaha dan peluang usaha menggiurkan.
Komoditas ikan nila kini dijuluki “emas hitam” pada usaha budidaya perikanan air tawar, karena gambaran usaha dan peluang usaha menggiurkan. /Instagram @bbpbat.sukabumi

KILAS KLATEN – Setelah laporan bahwa mereka mengumpulkan pendanaan baru, startup akuakultur Indonesia eFishery hari ini mengumumkan bahwa mereka telah mengumpulkan $200 juta dalam pendanaan Seri D. Perusahaan yang membuat sistem pemberian makan pintar untuk perikanan ini mengatakan bahwa ini menjadikannya startup pertama di industri akuakultur global yang berhasil melewati valuasi $1 miliar.

Tujuannya adalah untuk mencapai satu juta kolam akuakultur di Indonesia pada tahun 2025 dan berekspansi ke luar negeri. Pendanaan ini dipimpin oleh 42XFund yang berbasis di Abu Dhabi dan termasuk partisipasi dari Kumpulan Wang Persaraan (Diperbadankan), dana pensiun sektor publik terbesar di Malaysia, tanggung jawab manajer aset Swiss, dan 500 Global.

Baca Juga: Respon Jokowi Ketika Ditanya Siswa SD Kenapa IKN Tak Dipindah ke Papua

Investor lama Northstar, Temasek dan SoftBank juga kembali dalam pendanaan kali ini, dengan Goldman Sachs bertindak sebagai penasihat keuangan eksklusif untuk eFishery. TechCrunch terakhir kali meliput startup ini ketika mengumumkan pendanaan Seri C senilai $90 juta pada Januari 2022.

eFishery mengutip sebuah studi dari Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LDUI) yang menunjukkan bahwa pada tahun 2022, eFishery berkontribusi sebesar 1,55% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia di sektor perikanan. Hal ini signifikan karena Indonesia memiliki industri perikanan dan akuakultur terbesar kedua di dunia, hanya kalah dari Cina. Menurut World Atlas, Indonesia memproduksi 5,8 juta ton ikan setiap tahunnya.

Didirikan di Bandung, Jawa Barat pada tahun 2013 oleh CEO Gibran Huzaifah, perusahaan perikanan ini saat ini melayani 70.000 pembudidaya ikan dan udang di 280 kota di seluruh Indonesia. Selain sistem pemberian pakan otomatis IoT-nya, platform eFishery juga mencakup pasar untuk menjual pakan ikan dan udang kepada pembudidaya, produk ikan dan udang segar kepada konsumen B2B, serta produk keuangan untuk pembudidaya ikan.

Baca Juga: Prabowo Bangga Ada Teknisi Perempuan di Pesawat Super Hercules C-130J

Huzaifah memulai bisnis budidaya ikan lele saat ia masih duduk di bangku kuliah. Dia mengatakan kepada TechCrunch bahwa selama masa itu, dia belajar bahwa manajemen pakan sangat penting karena 80% dari total biaya produksi dialokasikan untuk memberi makan.

Namun, masih banyak peternak yang masih melakukan pemberian pakan secara manual, yang mengakibatkan ukuran ikan tidak merata karena tidak semua mendapatkan jumlah makanan yang sama. Hal ini menjadi masalah karena pembeli memiliki ukuran ikan tertentu yang ingin mereka beli.

Halaman:

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo

Sumber: Techcrunch


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x