Dari kebijakan Belanda tersebut berlangsung dari mulai fase eksploitasi tanam paksa sejak tahun 1830 hingga 1900 dan terus berlanjut ketika Belanda menerapkan politik balas budi atau politik etis di tahun 1900.
Menirut Reinhart, Belanda fokus pada aspek ekonomi dan tidak ingin merusak kebudayaan lokal.
Apalagi sesudah politis etis diterapkan Belanda semakin paham bahwa menginvasi kebudayaan lain itu tidak baik.
Beranjak dari alasan tersebut, bahasa lokal, bahasa Melayu dan bahasa Indonesia tumbuh berkembang.
Walau begitu, orang Indonesia sebenarnya tidak perlu kecewa kalau tidak bisa berbahasa Belanda seperti orang Malaysia yang fasih berbahasa Inggris. Karena, bahasa Belanda bukan bahasa internasional seperti bahasa Inggris.***