Ternyata Ini Alasan Mengapa Orang Indonesia Tidak Bisa Bahasa Belanda

- 20 Agustus 2023, 21:27 WIB
Ilustrasi - Ternyata Ini Alasan Mengapa Orang Indonesia Tidak Bisa Bahasa Belanda/freepik
Ilustrasi - Ternyata Ini Alasan Mengapa Orang Indonesia Tidak Bisa Bahasa Belanda/freepik /

KILAS KLATEN - Dari segala aspek yang meliputi hukim, politik, mentalitas, kebudayaan, maupun linguistik banyak bentuk kebudayaan peninggalan kolonial.

Misalnya saja negara Indonesia dan Malaysia, meskipun kedua negara tersebut adalah negara yang pernah dijajah, namun tetap keduanya diwarisi banyak bentuk kebudayaan.

Seperti diketahui terdapat pembeda jelas antara kedua negara tersebut, yaitu mengenai kefasihan berbahasa asing di penduduknya.

Sebagai salah satu negara bekas jajahan Inggris selama ratusan tahun, penduduk Malaysia dan Singapura, diketahui fasih berbahasa Inggris di samping bahasa Melayu.

Kondisi tersebut berbeda dengan penduduk Indonesia yang sama sekali tidak bisa berbahasa Belanda walaupun sudah dijajah lama oleh Belanda.

Pengaruh Belanda di bidang bahasa yaitu pada banyaknya kata serapan di bahasa Indonesia yang diambil dari bahasa Belanda, contoh seperti gordijn menjadi gorden, serta bioscoop menjadi bioskop.

Adapun penyebab dari perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan corak kolonialisme Belanda dan Inggris.

Baca Juga: Kemenparekraf Agendakan Pertemuan Untuk Penguatan Restoran Indonesia di Inggris dan Belanda

Inggris diketahui dengan sengaja melaksanakan 'invasi' kultural Barat ke masyarakat Melayu.

Pengaruh invasi ini membuat kebudayaan lokal membaur dengan kebudayaan barat atau bahkan menghilang.

Sehingga di sektor bahasa, pada kebijakan ini orang melayu menjadi cukup pandai berbahasa Inggris.

Sedangkan, Belanda tidak melaksanakan kebijakan tersebut untuk seluruh penduduk Indonesia.

Peneliti sejarah dari Nanyang Technological University, Christopher Reinhart, mengungkapkan bahwa terdapat dua alasan yang membuat Belanda mengambil sikap berbeda terhadap kebudayaan lokal, yang berakibat pada rendahnya tingkat kefasihan bahasa Belanda di masyarakat Indonesia lintas generasi.

Dilihat dari sudut pandang struktur kolonialisme Belanda, ketika itu masyarakat lokal dan orang Belanda berada di struktur berbeda.

Orang Belanda di kelas paling atas. Sedangkan penduduk lokal berada di kelas paling bawah.

Pada perspektif mereka, apabila Belanda menyebarkan kebudayaan, itu sama saja menganggap penduduk lokal dengan orang Belanda itu sama atau setara secara budaya.

Dengan demikian supaya struktur itu tetap terjaga, maka Belanda tidak mau membagikan kebudayaannya.

Baca Juga: Menelisik Uniknya Bangunan Warisan Zaman Belanda di Restoran Pesta Keboen Semarang

Menurut Reinhart, mereka merasa tidak masalah kalau tidak menyebarkan kebudayaan, yang penting Belanda tetap melaksanakan eksploitasi yang menguntungkan secara ekonomi.

Dari kebijakan Belanda tersebut berlangsung dari mulai fase eksploitasi tanam paksa sejak tahun 1830 hingga 1900 dan terus berlanjut ketika Belanda menerapkan politik balas budi atau politik etis di tahun 1900.

Menirut Reinhart, Belanda fokus pada aspek ekonomi dan tidak ingin merusak kebudayaan lokal.

Apalagi sesudah politis etis diterapkan Belanda semakin paham bahwa menginvasi kebudayaan lain itu tidak baik.

Beranjak dari alasan tersebut, bahasa lokal, bahasa Melayu dan bahasa Indonesia tumbuh berkembang.

Walau begitu, orang Indonesia sebenarnya tidak perlu kecewa kalau tidak bisa berbahasa Belanda seperti orang Malaysia yang fasih berbahasa Inggris. Karena, bahasa Belanda bukan bahasa internasional seperti bahasa Inggris.***

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo

Sumber: Pedoman Tangerang Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah