Ini Jawaban Kenapa Indonesia Tidak Ikut Piala Dunia, Karena Pernah Kalah dalam Sejarah?

5 Desember 2022, 09:45 WIB
Ini Jawaban Kenapa Indonesia Tidak Ikut Piala Dunia, Karena Pernah Kalah dalam Sejarah? /Tangkapan layar instagram/timnassu19.ina/

KILAS KLATEN - Masih menjadi topik hangat mengenai Timnas Indonesia tidak ikut Piala Dunia.

Tahun 2022 acara sepakbola terbesar sejagat raya ini sedang diselenggarakan di Qatar dan timnas merah putih hanya baru bisa bermain di negaranya sendiri.

Olahraga sepakbola sangat populer di Indonesia dan mempunyai pengaruh besar, namun nyatanya Indonesia belum mampu menyentuh go-internasional.

Piala Dunia sampai saat ini masih menjadi mimpi yang sulit dicapai oleh sepak bola Tanah Air.

Meskipun begitu, didalam dunia ini tidak ada mustahil Jika Indonesia mau dan mampu mendorong dirinya untuk bersaing di kancah piala dunia semua itu pasti bisa.

Baca Juga: Daftar Timnas yang Lolos ke 16 Besar Piala Dunia Qatar 2022

Sejarah

Kita mengulang pada masa lalu, Indonesia pernah juga lho bermain piala Dunia! Tercatat pada tahun 1938 saat masih bernama Hindia Belanda.

Pada masa itu, Indonesia menjadi tim Asia pertama yang berlaga dalam Piala Dunia FIFA. Dalam pertandingan pertamanya, Indonesia melawan Hongaria dan mendapat kekalahan dengan skor 6-0
Namun, itu menjadi satu-satunya jejak Indonesia pada pentas Piala Dunia.Sejak saat itu, timnas merah putih belum bermain kembali di ajang bergengsi tersebut.

Indonesia juga pernah bermain di ajang Piala AFF dan meraih prestasi terbaik dalam lima kali runner-up.

Turnamen itu dikuasai oleh Thailand yang mengoleksi lima gelar, disusul Singapura (4), Vietnam (2), dan Malaysia (1).

Baca Juga: Daftar Timnas yang Lolos ke 16 Besar Piala Dunia Qatar 2022

Lalu apa yang menjadi penyebabnya Indonesia tidak kembali bermain di piala Dunia?

1. Kurang matang rencana jangka panjang

Hal ini disampaikan oleh mantan penyerangan timnas Indonesia, Bambang Pamungkas, ia mengatakan bahwa prestasi tersebut dibutuhkan rencana jangka panjang dan matang serta tidak bisa diraih secara cepat (Instan)

"Ketika di Malaysia tahun 2007, mereka tidak menggunakan pemain asing dengan target SEA Games 2009 mereka harus juara," kata Bambang melalui kanal YouTube Hanif & Rendy Show medio Mei 2020 lalu, dikutip dari BolaSport.com.

"Sehingga kompetisi selama dua tahun benar-benar mempersiapkan pemain lokal mereka dan faktanya mereka juara," imbuh legenda Persija Jakarta tersebut.

Disisi lain, Yanto Basna saat ini sedang berkarier di Liga Thailand mengatakan bahwa seharusnya pelatih timnas Indonesia dikontrak jangka panjang.

"Menurut saya pelatih yang dipercayakan coba dikontrak beberapa tahun ke depan. Biar dia tahu (kenal) pemain," kata Yanto, dilansir BolaStylo.com dari BolaSport.com.

Baca Juga: Profil dan Perjalanan Michy Batshuayi Atunga, Striker Timnas Belgia Piala Dunia 2022

"Kalau di Thailand pemain hanya dicopot satu dua pemain, tapi timnya utuh. Pelatihnya dikontrak dalam jangka waktu dua atau tiga tahun," imbuhnya.

Kesimpulan yang diambil oleh keduanya adalah rencana jangka panjang yang menjadi sangat penting untuk meningkatkan prestasi sepak bola indonesia.

Saat ini program jangka panjang belum berjalan maksimal, al hasil timnas merah putih kesulitan menembus level dunia.

2. Tidak konsisten menentukan sistem

Bambang juga menambahkan bahwa berkacalah pada ajang sepak piala AFF 2010 dan juara SEA Games 2011 yang dijuarai Malaysia berjalan lancar, artinya kita harus konsisten dalam menentukan sistem

"Mereka (Malaysia) juara SEA Games 2009, juara Piala AFF 2010, juara SEA Games 2011. Artinya program itu berjalan dengan baik dan berhasil," ucap Bambang.

"Nah kalau kita, sering kali kita buat program yang sifatnya instan. Kalau sekarang dilihat nggak berhasil besoknya diganti, regulasi awal musim nggak berhasil, pertengahan musim diganti. Kalau kita seperti itu nggak akan ada hasilnya," tutur Bambang.

Baca Juga: Suporter Tuan Rumah Menggunakan Poster Mesut Ozil Untuk Membalas Timnas Jerman Pada Piala DuniA Qatar 2022

3. Mental pemain

Yanto Basna juga mengungkapkan bahwa mental pemain adalah faktor utama dalam memajukan sepak bola Indonesia.

"Poin pentingnya itu. Siapapun pelatihnya, akan kembali ke mental. Mental sangat penting. Mau ganti pelatih seperti (Jose) Mourinho, kalau mentalnya tidak berubah sama saja," ucap tegas Basna

5. Kurangnya Pembinaan Usia Dini

Diluar negeri, banyak sekolah sepakbola yang dibuka untuk anak usia paling kecil 5 tahun. Sedangkan Indonesia sendiri belum banyak akademik sepak bola.

Kemajuan sepakbola pasti didasari dengan ilmu, jika sudah menimba ilmu sejak kecil dan sudah terbentuk tunas muda sejak usia belia. Pastinya Indonesia mampu bersaing dengan kancah dunia

Baca Juga: Pelatih Timnas Inggris Gareth Southgate Pecahkan Rekor Sir Alf Ramsey

6. Minimnya Pelatih Berkualitas

Harus kita akui bahwa pelatih lokal yang memiliki lisensi A sangatlah minim. Hal ini secara langsung tentunya akan mempengaruhi jalannya olahraga sepak bola di Tanah Air

Karena, tim yang hebat berasal dari pelatih yang lebih hebat. Hal ini menjadi fokus PSSI untuk membentuk dan melahirkan pelatih yang berkualitas

Itu dia 6 alasan mengapa Indonesia tidak ikut piala dunia.***

Editor: Masruro

Sumber: instagram/timnassu19.ina

Tags

Terkini

Terpopuler