Network
KILAS KLATEN – Film tentang hiu selalu menjadi daya tarik bagi para penggemar film sejak film Jaws karya Steven Spielberg menunjukkan potensi film tentang makhluk air yang dibuat dengan baik.
Dari serangan yang mudah diingat hingga karakter utama yang menyenangkan, Jaws menetapkan template yang terus diikuti oleh banyak film hiu hebat di mana film lainnya gagal. Contoh awal dari kesuksesan serupa terjadi pada tahun 1997 ketika Deep Blue Sea memperkenalkan hiu-hiu cerdas yang menantang para penyintas yang unik dan karismatik.
Meski begitu, film hiu paling unik belum muncul hingga The Meg pada tahun 2018 menunjukkan kepada para penggemar apa yang terjadi ketika tingkat kesenangan baru memasuki genre ini berkat kemunculan hiu prasejarah.
Baca Juga: Meg 2 The Trench Rilis Trailer Pertama, Ini Tanggal Rilisnya!
The Meg diangkat dari novel berjudul sama karya Steve Alten dan mengisahkan tentang tim peneliti yang menemukan parit yang menyimpan megalodon yang masih hidup, hiu terbesar yang pernah ada, dan hiu ini menjadi lebih mematikan dari sebelumnya karena ia belajar bertahan hidup dengan pasokan makanan yang langka di lautan dalam.
Namun, begitu ia mencapai permukaan, ia menimbulkan kekacauan baru saat ia mulai menjelajahi lingkungan barunya. Meskipun film ini mengubah banyak faktor dari hiu dari buku, termasuk penampilan dan pola berburunya, film ini juga memperkenalkan konflik baru yang membuktikan bahwa hiu bukanlah penjahat yang sebenarnya dalam film ini. Sebaliknya, jawabannya jauh lebih kompleks.
Manusia Tidak Pernah Menjadi Makanan Favorit Meg
Dalam film Jaws, tidak dapat disangkal bahwa hiu putih besar yang menyerang Pulau Amity telah mengembangkan selera terhadap daging manusia. Itu adalah jenis mangsa baru untuk diburu dan memuaskan rasa lapar hiu lebih dari yang bisa dilakukan oleh ikan-ikan kecil.
