Menarik Nih! Di Bali Ada Warung Klasik dengan Sistem Bayar Seikhlasnya Lho

- 2 Juli 2023, 13:00 WIB
Koki Gede Yudiawan mengupas buah labu yang diolah menjadi menu masakan di Dapur Bali Moela di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (29/6/2023). ANTARA
Koki Gede Yudiawan mengupas buah labu yang diolah menjadi menu masakan di Dapur Bali Moela di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Badung, Bali, Kamis (29/6/2023). ANTARA /

KILAS KLATEN - Suasana klasik menyambut tiap pengunjung yang seakan merasakan kembali nostalgia Bali tempo dulu, yakni warung Dapur Bali Moela di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali.

Warung ini didirikan tahun 2021 tepatnya saat pandemi COVID-19 melanda.

Ditempat ini terlihat gebyok dengan ukiran khas Pulau Dewata yang ditempatkan di beberapa sudut dan dekorasi yang sebagian besar terbuat dari kayu menambah kesan alami.

Desa Les merupakan salah satu desa tua di Bali Utara yang perlu dilestarikan.

Tak hanya itu, tempat makan berupa “bale bengong” atau balai tempat bersantai yang digunakan untuk pengunjung menyantap makanan.

Makanan khas dengan bumbu kaya rempah diracik langsung oleh pemiliknya Gede Yudiawan.

Baca Juga: KBRI Tokyo Kenalkan Tarian Bali pada Masyarakat Jepang

Pria berusia 43 tahun itu bukan sembarang tukang masak. Ia adalah koki yang pernah bekerja sama dengan pakar kuliner William Wongso untuk sejumlah proyek kuliner baik dalam dan luar negeri.

Tak heran jika gelar chef tetap disematkan di depan namanya yang sebelumnya mengelola restoran di kawasan wisata Kuta, Kabupaten Badung, namun kini tutup akibat pandemi.

Dapur Bali Moela menyajikan masakan Bali yang utamanya hasil olahan laut karena desa itu berlokasi di pinggir pantai.

Keunikannya adalah tidak ada menu tetap yang dijual sehingga menu hari itu tergantung hasil bumi dan hasil tangkapan laut nelayan di Desa Les.

Umumnya hasil laut di antaranya ikan, gurita, dan cumi yang langsung diolah dalam keadaan segar.

Dengan begitu, pengunjung perlu melakukan pemesanan satu hingga dua hari sebelum kedatangan melalui media sosial instagram warung itu agar bahan makanan dapat disesuaikan.

Gede Kurniawan turun langsung mengolah makanan laut tersebut dengan bumbu dapur dan rempah khas Bali yang didapatkan dari desa sekitar.

Sebagian besar olahan makanan dimasak dengan cara tradisional, misalnya membakar satai, menanak nasi dan mengolah ikan masih menggunakan tungku dan kayu bakar.

Kayu-kayu tersebut didapatkan secara mudah di kebunnya dan sekitar desa tersebut.

Pengunjung pun dapat menyaksikan langsung mereka mengolah makanan dan merasakan aroma khas dapur tradisional.

Baca Juga: Pengen Sahur Jadi Lebih Semangat? Bikin Aja Menu Telur Bumbu Bali, Manis-manis Pedas Simak Resepnya!

Dibantu sekitar enam orang petugas masak, menu andalan yang dimasak di antaranya ikan timbungan yakni olahan ikan berkuah yang dibakar dalam bambu, satai lilit, satai ikan, hingga lawar gurita atau parutan kelapa, gurita dan sayuran dengan bumbu khas Bali dengan tambahan cabai bun (piper longum).

Keunikan lain di warung ini, yakni setelah menyantap makanan, sistem pembayarannya menggunakan metode donasi sukarela.

Sehingga tidak ada patokan harga yang harus dikeluarkan pengunjung.

Chef Yudi tidak merasa rugi dengan menerapkan sistem tersebut karena dengan donasi, dirinya tak pernah merasa kekurangan.***

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x