Yuk Intip, Wisata Religi di Kota Tegal Paling Recommended di Bulan Ramadhan

- 31 Maret 2023, 07:30 WIB
Masjid Agung Kota Tegal - Wisata Religi di Kota Tegal Paling Recommended di Bulan Ramadha
Masjid Agung Kota Tegal - Wisata Religi di Kota Tegal Paling Recommended di Bulan Ramadha /islamic-center

KILAS KLATEN - Kota Tegal merupakan daerah yang strategis di pesisir utara Jawa. Bahkan, secara geografis juga merupakan titik segitiga emas, antara jalur pantura dan jalur selatan (arah Purwokerto).

Bahkan, pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Kota Tegal juga menjadi daerah yang cukup strategis yang ada di pesisir utara Jawa sekitar abad ke-18 hingga ke-20 M.

Kondisi ini juga didukung dengan adanya jalur kereta api yang melewati wilayah Tegal dengan menghubungkan kota-kota di sepanjang pesisir utara Jawa.

Karena itu, banyak ditemukan bangunan bersejarah baik di masa kolonial penjajahan Belanda maupun sebelum masa kemerdekaan RI.

Di Kota Tegal terdapat Bangunan Masjid yang menyimpan cerita bersejarah yang berkaitan erat dengan sejarah Islam di Tegal yang berdiri pada masa sebelum Kemerdekaan RI.

Baca Juga: Wajib Mampir! 6 Rekomendasi Tempat Wisata Religi di Kota Semarang yang Bisa di Kunjungi di Bulan Ramadhan

Remendasi Wisata Religi di Kota Tegal

Berikut ini masjid yang ada di Kota Tegal yang bisa Anda kunjungi di bulan ramadhan :

1. Masjid Agung Kota Tegal

Kalau Anda ingat kapan terjadinya perang antara Pangeran Diponegoro melawan penjajah Belanda yang terkenal dengan sebutan Perang Jawa maka Anda tentu akan mudah untuk mengingat sejarah dibangunnya Masjid Agung Kotamadya Tegal, Jawa Tengah.
 

Sebab, antara tahun 1825-1830, saat pecahnya Perang Jawa itulah Masjid Agung Tegal ini mulai dibangun oleh K.H. Abdul Aziz.

Karena dibangun pada saat terjadinya perang maka keberadaan masjid ini seakan menjadi saksi bisu perlawanan yang dilakukan Pangeran Diponegoro bersama pengikutnya yang setia dalam membela kebenaran.

K.H. Abdul Aziz, pendiri masjid ini, adalah seorang ulama dan penghulu pertama di kota Tegal. Ia juga masih mempunyai hubungan kerabat dengan Raden Reksonegoro, Bupati Tegal waktu itu. Dan, karena adanya hubungan kekerabatan itulah di samping tentunya karena ikatan ukhuwah islamiyah, sehingga pembangunan Masjid Agung Tegal itu berjalan mulus dan lancar tanpa hambatan.

Berdasarkan catatan yang ada, Masjid Agung Tegal ini sejak berdirinya hingga sekarang telah mengalami beberapa kali renovasi. Ter¬catat pada tahun 1927, ruang paseban masjid direnovasi karena sudah tidak representatif lagi. Sebagai gantinya, dibangunlah KUA (Kantor Urusan Agama), tempat untuk melangsungkan pernikahan bagi umat Islam Tegal.

Kemudian pada tahun 1953-1954, Masjid Agung yang terletak di sebelah barat alun-alun kota Tegal ini pun direnovasi kembali. Bahkan, renovasi dan perombakan kala itu dilakukan secara besar-besaran. Serambi depan masjid diperluas ke arah depan sehingga menyatu dengan KUA.

Untuk memenuhi kebutuhan jamaah akan air wudhu maka pada tahun 1970 tempat wudhu sebelah kanan masjid diperbaiki. Kemudian, agar bangunan masjid kelihatan modem maka pada tahun 1985 bagian atap masjid dirombak dan diganti dengan atap tumpang, seperti yang tampak sekarang ini.

Meskipun atapnya telah dirombak, namun bila masjid ini kita lihat dari arah belakang maka gaya arsitektur yang modem tersebut tidak akan terlihat karena hingga sekarang bagian belakang masjid ini belum pernah direnovasi masih tampak kekunoannya.

Bagian depan Masjid Agung Tegal ini berlantai dua dan mampu menampung lebih dari 4000 jamaah. Lantai bawah digunakan sebagai ruang utama masjid. Sedangkan, lantai atasnya sebagai tempat untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan keislaman, seperti pengajian kaum bapak dan kaum ibu setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu ba’da subuh. Pengajian Al-Qur’an bagi para remaja, biasanya diselenggarakan setiap hari Rabu, Kamis, dan Sabtu malam. Khusus pengajian buat masyarakat umum diselenggarakan setiap hari Senin ba’da subuh.
 
Baca Juga: Wisata Kebun Teh di Korea yang Paling Terkenal dan Budayanya

Sebagai masjid yang berada di tengah-tengah kota Tegal maka setiap kali tiba waktu shalat fardu lima waktu, masjid ini selalu dipadati para jamaah yang akan menunaikan shalat berjamaah di masjid ini. Terutama umat Islam di sekitar masjid yang terkenal sangat agamis, termasuk para pegawai Pemda Kodya Tegal dan instansi pemerintah lainnya.

Kebetulan, letak Masjid Agung ini memang tidak j auh dari pendopo Walikota Kodya Tegal, tepatnya kurang lebih 150 meter ke arah barat laut dari pendopo tersebut. Panggilan azannya dikumandangkan melalui pengeras suara yang diletakkan di puncak menara masjid.

Kalau kita telusuri sisi lain sejarah Masjid Agung Tegal ini, ternyata ada satu keunikan tersendiri yang terjadi di sana. Sekitar tahun 1980-an, setiap datang waktu berbuka puasa (Ramadhan) pasti dilakukan pem bakaran petasan berukuran besar di halaman masjid ini sebagai tanda sudah masuk waktu magrib atau berbuka.

Namun, karena zaman sekarang sudah canggih, tradisi pembakaran petasan raksasa yang terkesan mubazir itu sekarang sudah ditiadakan. Sebagai gantinya, tanda waktu berbuka puasa dikumandangkan azan dengan pengeras suara yang diletakkan di atas menara masjid setinggi 32 meter, juga disiarkan melalui radio-radio dan televisi yang sekarang telah marak di mana-mana.

2. Masjid Pesengkongan

Secara geografis, Masjid Pesengkongan berada dekat dengan kawasan pelabuhan Tegal.

Radiusnya yang dekat dengan kawasan pelabuhan, menjadikan kampung Pesengkongan menjadi persinggahan sementara beberapa pendatang.

Seperti masyarakat dari luar pulau Jawa atau masyarakat asing, khususnya warga keturunan Arab, keturunan India khususnya warga Gujarat atau Koja.

Perkembangan kampung yang multietnis bisa dirasakan sampai sekarang pengaruhnya.

Sudah sejak lama kampung Pesengkongan menjadi kampung majemuk yang didiami berbagai multietnis.

Dalam zona perkembangannya terdapat petak-petak kampung yang dihuni etnis tertentu. Seperti kampung Pecinan yang berada di jalan Teri atau Gurame.

Sedangkan di dalam Pesengkongan sendiri terdapat istilah kampung Melayu yang dihuni warga Melayu Sumatera, warga keturunan Koja India dan Kebogisan (warga keturunan suku Bugis).

Masjid Pesengkongan atau Masjid Al-Hikmah sepintas dari depan tak ada yang istimewa.
 
Baca Juga: Berkeliling Menikmati Pesona Alam Objek Wisata Tanah Lot Bali

Namun, ketika membaca nilai historisnya, pada candrasengkalan bergambar bunga melati dan mawar pada atas pintu masuk.

Candrasengkala tersebut menjadi prasasti berdirinya masjid Pesengkongan.

Dari pembacaan candrasengkala diperkirakan bangunan masjid berdiri pada tahun 1241 Hijriyah atau bertepatan dengan tahun 1821 Masehi.

Konstruksi bangunan masjid ini berbentuk bujursangkar dengan ukuran 15 x 15 meter di atas tanah seluas ± 616 meter.

Pilihan pada konstruksi bujursangkar mengingatkan pada bentuk bangunan Kabah.

3. Masjid An Nur

Bangunan Masjid ini menjadi bukti jejak keturunan Arab di Tegal. Sebab masjid yang diberi nama masjid An-Nur merupakan hibah dari Syekh Awod bin Abu Bakar Al Yazidi.

Syekh yang berasal dari Hadramaut ini memberikan hibah masjid kepada masyarakat Tegal.

Sumber lisan yang diperoleh dari Gasim Abdullah menyebut tahun berdirinya masjid An-Nur adalah tahun 1892.

Lokasi masjid ini di jalan Gajah Mada, Kelurahan Mintaragen berdiri diatas tanah 960 meter dengan panjang 15 meter, mempunyai lebar 20 meter dan tinggi 18 meter.

Dari informasi lisan membuktikan bahwa masjid ini menjadi bukti keberadaan orang-orang Arab dan pengaruh Timur-Tengah di Tegal.***

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x