Network
Tradisi ini pertama kali diselenggarakan di tahun 1940-an dan biasanya dilakukan di hari kedua setelah lebaran atau setiap tanggal 2 Syawal sejak pukul dua siang.
Barong yang dianggap sebagai simbol kebaikan bakal diarak oleh warga desa dengan maksud untuk mengusir hawa jahat yang dipercaya dapat menghalangi kemakmuran seluruh desa.
4. Mengunjungi rumah adat Suku Osing sambil belajar budaya lokal
Saat memasuki kawasan desa, Sobat Pesona bakal menjumpai rumah-rumah adat Suku Osing di kedua sisi jalan dengan pintu ukiran kayu dan bentuk atap yang khas.
Ada tiga jenis desain atap yang dikenal di tiap rumah di antaranya tikel balung (atap empat sisi), baresan (atap tiga sisi), dan crocogan (atap dua sisi).
Nah, sambil berkeliling, tidak ada salahnya mengobrol dengan warga lokal sambil mempelajari budaya mereka lebih dalam, seperti tradisi menyimpan batik dalam toples agar keindahan batik tetap awet dan tradisi khas mepe kasur atau menjemur kasur secara bersamaan di sepanjang jalan yang simbolkan sebagai penolak penyakit atau musibah.
5. Serunya sensasi masak di dapur Suku Osing yang autentik
Di tengah beragam keindahan, Desa Wisata Osing Kemiren juga menawarkan festival jajanan dan masakan khas Banyuwangi yang lezat nih.
Baca Juga: Di Bandara Changi, Bisa Rasakan Musim Dingin Bak Negara Eropa
Dipandu oleh warga lokal, Sobat Pesona enggak hanya bisa menikmati kuliner lokal aja tetapi Anda juga bisa merasakan sensasi memasak kuliner Suku Osing yang autentik.
Contoh menu andalan yang bisa Sobat Pesona coba adalah pecel pitik (ayam), tahu walik, dan uyah asem (ayam kuah asem) khas Osing.
