Peristiwa Gerhana Bulan Menurut Gus Baha, Umat Islam Wajib Baca!

7 November 2022, 21:20 WIB
Peristiwa Gerhana Bulan Menurut Gus Baha, Umat Islam Wajib Baca! /AS Rabasa /HET

 

KILAS KLATEN - K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang akrab dikenal Gus Baha, merupakan ulama yang berasal dari Rembang.

Dia dikenal sebagai ulama tafsir terkemuka yang memiliki pengetahuan luas dan mendalam seputar al-Quran.

Gus Baha juga merupakan murid dari seorang ulama kharismatik yaitu K.H. Maimun Zubair.

Dilansir Kilas Klaten dari Mantra Sukabumi, ada suatu kesempatan, Gus Baha pernah menjelaskan kajian penting terkait peristiwa gerhana Bulan. Di kesempatan itu, seperti biasa disampaikan dengan mudah dan sederhana, sehingga siapa pun mudah memahaminya.

Baca Juga: Bersiap! Gerhana Bulan Total Bisa Diamati di Wilayah Ini, Cek Tanggal dan Jamnya

Gerhana bulan secara umum didefinisikan sebagai terhalangnya cahaya matahari oleh bumi sehingga cahaya matahari tidak semuanya sampai ke bulan.

Akibatnya, bulan tampak gelap jika dilihat dari wilayah-wilayah tertentu bumi.

Menurut Gus Baha untuk memahami fenomena gerhana bulan, perlu menggunakan dua buah pemahaman ilmu, yakni ilmu hakikat dan ilmu lahir.

ilmu hakikat adalah sesuatu kebenaran yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT dan tak bisa dirubah, maka disinilah letak keterbatasan manusia. Keterbatasan manusia yang dimaksud Gus Baha adalah pandangan mata atau nazarul ain.

Baca Juga: Kenali Sebab, Jenis Hingga Dampak dari Gerhana Matahari yang Akan Terjadi 25 Oktober 2022

Menurut Gus Baha, peristiwa gerhana bulan secara hakikat tidak ada, sebab bulan masih tetap berbentuk seperti bulan, tanpa ada bagian yang hilang.

Namun, ada sistem dalam tata surya yang membuat bulan terhalang yang membuat bulan tidak terlihat oleh tangkapan mata.

“Itu menurut pandangan manusia, hakikatnya bulan tetaplah seperti semula,”ucap Gus Baha dalam sebuah postingan YouTube miliki Tauhid Net.

Gus baha memberikan ilustrasi lain, yakni peristiwa terbenamnya matahari.

Baca Juga: Tata Cara Sholat Gerhana Bulan Menurut Kementerian Agama Republik Indonesia

Selama ini yang disaksikan penglihatan ialah matahari yang mengalami momen menghilang atau tenggelap.

Padahal secara hakikat, matahari tidak pernah tenggelam, lebih lagi hilang secara keberadaan.

“Karena matahari lebih besar dari bumi, jadi tidak mungkin terbenam di bumi, tapi secara pandangan mata, matahari tenggelam di bumi,” ujar Gus Baha.

Maka, Gus Baha menekankan hakikat dan nazarul ain atau sudut pandang penglihatan itu penting untuk diterapkan dalam berpikir.

Baca Juga: Mengapa Gerhana Matahari Sebagian Lebih Lama Dibandingkan Dengan Gerhana Matahari Total?

Tujuannya tidak lain untuk mendorong manusia berpikir, bahwa sesuatu yang terlihat itu belum tentu ada, dan yang “ada” belum tentu terlihat.

“Seperti Allah sendiri; dzat yang wujud-Nya hakikat, bahkan Allah itu wajib wujud-Nya tetapi tidak bisa dilihat, kadang hal yang tidak wujud malah bisa terlihat,” ungkap Gus Baha.

Sebagaimana dinukilkan oleh Gus Baha dalam Quran surat An nur penggalan ayat 39 yang terjemahannya:

“...fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila (air) itu didatangi tidak ada apa pun...”.***

Editor: Masruro

Sumber: Mantra Sukabumi

Tags

Terkini

Terpopuler