Mengenal Nyadran Sebagai Tradisi Masyarakat Jawa Menjelang Ramadhan

- 13 Maret 2023, 19:30 WIB
Ilustrasi - Nyadran, tradisi masyarakat jawa menjelang ramadhan
Ilustrasi - Nyadran, tradisi masyarakat jawa menjelang ramadhan /jeparahariini/Instagram

KILAS KLATEN - Sebentar lagi kita akan memasuki bulan penuh berkah yang pastinya sudah ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim. Setiap masyarakat memiliki tradisi tersendiri untuk menyambut bulan penuh berkah ini.

Salah satunya tradisi nyadran yang rutin dijalankan masyarakat Jawa menjelang bulan Ramadhan. Kegiatan ini lahir dari kebudayaan suku jawa khususnya yang tinggal di wilayah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur.

Tidak hanya itu saja, tradisi nyadran juga rutin dilaksanakan oleh komunitas jawa yang tinggal di luar pulau Jawa. Salah satu contohnya oleh komunitas masyarakat jawa yang bertempat tinggal di desa triharjo kabupaten lampung selatan.

Nyadran sendiri sebetulnya tidak hanya diselenggarakan saat menyambut bulan Ramadhan saja, masyarakat juga melaksanakan tradisi ini untuk menyambut musim panen sebagai rasa syukur terhadap hasil bumi.

Kegiatan nyadran juga bisa dikenal dengan nama yang beragam di setiap daerahnya. Dan memiliki tradisi yang berbeda-beda di setiap wilayah. Namun, pada umumnya tradisi ini memuat kegiatan berupa bersih-bersih desa dan makam, ziarah, sedekah bumi hingga selamatan dan makan bersama.

Nyadran juga dilaksanakan untuk menyambut momen-momen keagamaan seperti bulan Ramadhan.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Ruwahan Menjelang Ramadan dalam Budaya Jawa

Tradisi ini dipercaya sudah berlangsung selama ratusan tahun dan diturunkan dari generasi ke generasi. Kegiatan nyadran diselenggarakan pada bulan Ruwah dalam kalender Jawa, tepatnya pada 15, 20, dan 23 Ruwah.

Tradisi nyadran secara umum diselenggarakan sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur sekaligus ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Ketika melakukan nyadran menjelang bulan Ramadhan, masyarakat umumnya melaksanakan sejumlah kegiatan, yaitu:

  1. Bersih-bersih dan ziarah makam

Kegiatan bersih-bersih dan ziarah dilakukan di makam terdekat maupun makam leluhur. Sembari makam dibersihkan, masyarakat membawa sejumlah hasil bumi untuk ditinggalkan di area pemakaman. Setelah itu, masyarakat akan meninggalkan uang untuk biaya pengelolaan makam.

  1. Doa bersama

Kegiatan berdoa bersama umumnya dilakukan setelah pembersihan makam selesai. Kegiatan ini bisa dilaksanakan di hari yang sama atau satu hari setelah bersih-bersih makam.

Doa bersama bertujuan untuk memanjatkan puji syukur kepada Sang Pencipta sekaligus mendoakan para leluhur. Momen ini juga sering dimanfaatkan untuk bermaaf-maafan sebelum melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Baca Juga: Absen 2 Tahun, Tradisi Wiwit Durian di Temanggung Kembali Digelar

  1. Makan bersama

Makan bersama biasanya dilaksanakan setelah melakukan doa bersama. Kegiatan ini paling dinanti oleh masyarakat dalam tradisi nyadran. Seluruh warga masyarakat setempat diundang untuk mengikuti prosesi ini. Tujuannya memperkuat tali persaudaraan dan persatuan.

Makanan yang dihidangkan saat nyadran berbeda-beda tergantung kemampuan masyarakat dan hasil bumi di wilayah setempat.

Umumnya masyarakat akan menyembelih hewan ternak seperti kambing dan ayam untuk prosesi ini. Daging kambing dan ayam yang sudah dimasak nantinya dibagi-bagikan kepada masyarakat atau dihidangkan saat makan bersama.

  1. Perayaan atau kenduri

Kenduri yang diselenggarakan ketika nyadran di setiap masyarakat berbeda-beda, bisa ada ataupun tidak. Perayaan saat nyadran umumnya diisi dengan kegiatan kebudayaan atau keagamaan, seperti pertunjukkan wayang kulit atau lantunan shalawat.

Demikian tradisi nyadran sebagai tradisi masyarakat jawa dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Sejatinya setiap wilayah memiliki tradisi masing-masing dalam menyambut bulan Ramadhan.***

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x