KILAS KLATEN - Inflasi terus melanda ke berbagai negara di dunia, termasuk Australia.
Negeri kanguru itu mencapai inflasi hingga ke level tertinggi sepanjang 32 tahun terakhir.
Inflasi yang membung-bung tinggi disinyalir karena beberapa faktor.
Seperti biaya pembangunan rumah dan gas melonjak dan hasil mengejutkan yang memicu tekanan untuk kembalinya kenaikan suku bunga yang lebih agresif oleh bank sentral negara tersebut.
Berdasarkan data yang dihimpun Biro Statistik Australia (ABS), pada Rabu 26 Oktober 2022 indeks harga konsumen naik 1,8 persen pada kuartal September.
Baca Juga: Lagi! PHK Massal Kembali Terjadi, Kini Giliran Philips Lay Off 400 Karyawan
Persentase tersebut melebihi perkiraan pasar yakni 1,6 persen.
Sementara tingkat tahunan melonjak hingga 7,3 persen, paling tinggi sejak tahun 1990. Hampir tiga kali lipat dari pertumbuhan upah.
RBA Reserve Bank of Australia, memperkirakan inflasi inti akan mencapai puncaknya 6,0 persen pada kuartal Desember dengan CPI 7,75 persen.
"Kenaikan harga konsumen yang lebih kuat dari perkiraan konsisten dengan perkiraan kami bahwa RBA akan menaikkan suku bunga lebih agresif daripada yang diantisipasi kebanyakan orang," ujar ekonom senior Marcel Thieliant dikutip Pikiran-Rakyat.com dari The Straits Times.
Baca Juga: Inflasi Semakin Tak Terkendali, Pekerja di Prancis Mogok Massal Tuntut Kenaikan Gaji
Berdasarkan informasi dari ABS inflasi tahunan untuk barang dan jasa penting melonjak hingga 8,4 persen pada kuartal September.
Sebelumnya beberapa negara di Eropa sudah mengalami tingkat inflasi melebihi batas normal.
Bahkan banyak buruh dan pekerja yang turun ke jalanan menuntut kenaikan gaji karena biaya hidup yang semakin tinggi.***