Mudik Bukan Ajang Adu Gengsi

- 22 April 2023, 09:00 WIB
Ilustrasi - Mudik Bukan Ajang Adu Gengsi
Ilustrasi - Mudik Bukan Ajang Adu Gengsi /Kabar Banten /Himawan Sutanto

KILAS KLATEN - Istilah mudik mulai populer di tahun 1970-an, ketika Jakarta menjadi satu-satunya kota besar yang menawarkan banyak peluang pekerjaan dan bidang usaha untuk memperbaiki pendapatan.

Setelah satu tahun bekerja mengumpulkan pundi-pundi rezeki, para pekerja yang berasal dari daerah menggunakan momen Lebaran untuk mudik dengan membawa hasil jerih payahnya guna berbagi kepada keluarga. Dari kebiasaan itu, ritual mudik terus berkembang hingga sekarang yang seolah menjadi sebuah kemestian.

Tidak hanya di Indonesia, pergerakan manusia secara kolosal dari kota ke desa dalam rangka mudik juga terjadi di berbagai negara. Yang terdekat di negeri jiran Malaysia, tradisi Balik Kampung menjelang perayaan Idul Fitri juga berlangsung di sana.

Sedangkan Idul Fitri di Turki dikenal dengan istilah Bayram, saat berjumpa sesama muslim warga saling mengucapkan selamat Hari Raya Bayram dalam bahasa mereka.

Arab Saudi yang memiliki Ka’bah sebagai situs paling suci bagi umat Islam, tentu perayaan Hari Kemenangan selalu meriah di tanah kelahiran Rasulullah Muhammad SAW itu.

Berbagai festival digelar dan rumah-rumah warga di dekorasi untuk menyambut kedatangan anggota keluarga dari perantauan.

Selanjutnya di India, Pakistan, dan Bangladesh, kehebohan arus mudik juga terjadi setiap Lebaran. Namun di India, kegiatan mudik dalam Festival Diwali sama meriahnya dengan perayaan Lebaran di negara-negara Islam.

Baca Juga: 3 Aplikasi untuk Mudik yang Aman dan Nyaman

Sementara di China, negara berpenduduk 1,4 miliar jiwa, memiliki tradisi mudik menjelang perayaan tahun baru Imlek dan saat Hari Raya Idul Fitri. Di Negeri Panda itu, Lebaran dirayakan oleh sekitar 18 juta pemeluk Islam yang berada di Daerah Otonom Xinjiang dan Provinsi Yunnan.

Halaman:

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x