Ditengah Bayang-Bayang Resesi, China Menghadapi Krisis Babi

17 November 2022, 13:30 WIB
Ditengah Bayang-Bayang Resesi, China Menghadapi Krisis Babi /Instagram @ilhamramdana/
KILAS KLATEN - Babi merupakan salah satu makanan yang paling digemari di China.
 
Baru-baru ini para peternak di China memutuskan untuk tidak menjual Babi mereka untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi.
 
Kelangkaan ini terjadi karena harga pangan babi yang meroket sehingga mengurangi produksi dari para peternak.
 
Karena krisis Babi yang kian tak terkendali pelaku industri di Negeri Tirai Bambu akan meningkatkan impor daging babi dalam beberapa bulan mendatang.
 
Baca Juga: Xi Jinping Sumringah di Bali, Sementara Rakyat China Masih Terkurung Aturan Pandemi
 
Ada beberapa pemicu yang disinyalir sebagai biang kerok kelangkaan Babi di Tiongkok.
 
Turunnya permintaan daging babi dan biaya pakan yang tinggi dari Juni 2021 hingga Juli tahun ini. 
 
Kelangkaan ini menyebabkan peternak mengalami kerugian hingga 600 yuan per babi.
 
Turunnya permintaan daging Babi dan biaya pakan yang tinggi dari Juni 2021 hingga Juli tahun ini. 
 
Kelangkaan ini menyebabkan peternak mengalami kerugian hingga 600 yuan per babi.
 
Berdasarkan keterangan dari Kepala Eksekutif Genesus Inc Kanada Jim Long pemasok Babi dan pembibitan di China memperkirakan karena langkah itu kawanan babi menyusut antara 6 juta dan 8 juta ekor.
 
“Kita semua perlu mengawasi China; kami mengharapkan peningkatan penjualan karena kekurangan daging babi mereka,”ungkapnya seperti dikutip dari Reuters, Selasa 15 November 2022.
 
Baca Juga: VIRAL! Rumah ‘UFO’ Di China, Ternyata Ini Faktanya
 
Sementara menurut 10 analis industri, petani, dan pemasok pakan dan genetika harga daging babi diproyeksi akan tetap tinggi pada 2023 mendatang.
 
Pemerintah menyalahkan para petani yang menahan babi dari penyembelihan untuk menggemukkan karena harga yang lebih tinggi.***

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler