PDHMIA: Jangan Berikan Herbal Ketika Bayi Sakit

- 2 Februari 2023, 17:53 WIB
PDHMIA: Jangan Berikan Herbal Ketika Bayi Sakit
PDHMIA: Jangan Berikan Herbal Ketika Bayi Sakit /pixabay

KILAS KLATEN - Saat anak sakit apakah Anda sering memberikan herbal atau jamu? Perlu diingat jangan sembarangan memberikan jamu maupun herbal pada bayi saat sakit, tanpa pengawasan dokter.
 
Persatuan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMIA), pakar kesehatan dr. Richard S.N. Siahaan,M.Si.,MARS tak menyarankan bayi diberi herbal atau jamu untuk mengatasi gejala penyakit tertentu atau sebagai pengobatan mandiri.

"Menurut saya, kurang disarankan memberikan jamu ke bayi. Kalau mau ya minyak-minyak (untuk tubuh luar) atau dihirup, minyak esensial. Itu kan lebih aman," kata dr. Richard S.N. Siahaan,M.Si.,MARS.
 
Ia juga menjelaskan, saat ini rata-rata penelitian terkait jamu masih praklinis dan kalaupun ada studi klinisnya, itu hanya diperuntukkan untuk orang dewasa.
 
"Kalau dewasa, berat badannya itu yang aman 30 kilogram ke atas, itu dianggap dosis dewasa biasa kami kasih. 30 kilogram kurang lebih usia 12 tahun lah ya, masih aman," kata dia.

Baca Juga: Fungsi Expired Date dan Best Before pada Produk
 
Ia lalu mengingatkan masyarakat agar tak sembarang mencoba meracik obat herbal.
 
Oleh karena itu sebagai dokter ataupun orangtua sebaiknya berpegang pada panduan yang sudah diterbitkan Kementerian Kesehatan.
 
Dalam panduan, dijelaskan bahan-bahan dan takaran bahan yang aman digunakan oleh masyarakat.
 
Sekarang ini belum banyak literatur yang membahas interaksi antara satu herbal dan lainnya.
 
Oleh karena itu, orang-orang harus menggunakan panduan meramu jamu yang sudah ada bukannya meracik secara sembarang.

"Pakai ramuan yang sudah ada. Terpercayalah, jangan nyampur-nyampur sendiri," kata dia.

Pengobatan sendiri atau swamedikasi dilakukan untuk mengatasi kondisi sakit ringan semisal pusing.
 
Namun, bila pusing atau gejala yang coba diatasi berkelanjutan, maka sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.
 
Sebelumnya, seorang bayi berusia 54 hari dikabarkan meninggal dunia usai mendapat ramuan daun kecipir dan kencur yang diperas.

Baca Juga: BPOM Dukung Pengembangan Produk Biofarmasi dengan Pertimbangan Basis Sains dan Penelitian
 
Usai meminum ramuan itu, dia mengalami sesak napas dan terkena infeksi paru-paru.

Richard menambahkan, khasiat jamu bukan hanya ditentukan dari pengolahan semata tetapi juga bahan bakunya, cara menanam, jenis tanah yang digunakan untuk menanam bahan itu, waktu panen hingga bagian mana dari bahan itu yang digunakan.

Sementara itu Konsumsi Obat Herbal dan Obat Kimia secara bersamaan memang perlu ekstra hati-hati.
 
Cara paling mudah, adalah membekali diri dengan pengetahuan yang cukup, agar senyawa aktif di dalam Herbal dan obat kimia tersebut bersinergi, sehingga pengobatan menjadi lebih optimal.

Menurut Prof. Dr. Purwantyastuti, Sp.F(K) seorang ahli pengobatan, penggunaan obat kimia dan obat herbal tergantung dari kandungan dari obat tersebut.

Penggunaan obat kimia biasanya didampingi dengan saran dan resep dokter.

Penggunaan secara bersamaan dengan obat herbal juga tentu harus sepengetahuan dari dokter.

Konsumsi Herbal dan obat kimia secara bersamaan memang perlu ekstra hati-hati.

Herbal dan obat kimia sebenarnya memiliki khasiat yang sama.

Namun, bekerja dengan cara yang berbeda.

Kalau obat-obatan kimia bekerja dengan meredam gejala sakit, Herbal (baik dalam bentuk suplemen, kapsul, jamu, atau rebusan) umumnya berperan dalam menyeimbangkan fungsi organ tubuh agar kembali bekerja dengan baik.

Jika akan mengkombinasikan Herbal dengan obat kimia, ada baiknya berkonsultasi terlebih dulu dengan ahli Herbal, sinse, atau dokter yang mendalami Herbal.
 
Baca Juga: Resep Herbal dari Babadotan, Tanaman Kaya Manfaat Tidak Banyak yang Tahu! Simak Penjelasannya

Mereka ini tergabung dalam Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur (PDPKT), sebagai organisasi di bawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Agar aman dan efektif, waktu mengkonsumsi juga harus diperhatikan.

Menurut Dr Dalimartha (yang menjabat Ketua II PDPKT), sebaiknya nimum Herbal dua jam sebelum atau sesudah mengkonsumsi obat dokter. Selama waktu itu, biasanya proses mencerna obat sudah selesai sehingga interaksi yang tidak diinginkan bisa dihindari, dan efektivitas Herbal yang dikonsumsi tetap terjaga.***

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x