KILAS KLATEN - Hari pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November menyimpan duka yang mendalam bagi bangsa Indonesia.
Bagaimana tidak, dalam pertempuran sengit di Surabaya pada 10 November 1945 membuat banyak pahlawan bangsa berguguran di medan perang.
Chairil Anwar sebagai sastrawan ulung dari pujangga lama menorehkan tulisan-tulisan menohok terkait perjuangan para pahlawan dalam melawan penjajah.
Puisi-puisi Chairil Anwar ini selalu dikenang dari generasi ke generasi sebagai karya abadi dengan gaya bahasa yang dipenuhi personifikasi.
Baca Juga: Puisi Hari Pahlawan 10 November 'Gugur' Karya WS Rendra, Penuh Makna dan Cocok untuk Lomba Sekolah
Berikut ini merupakan kumpulan puisi bertemakan pahlawan:
Diponegoro
Oleh Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar.
Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti Sudah itu mati
MAJU
Bagimu negeri Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(1943)
Karawang – Bekasi
Oleh Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Karawang – Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda
Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Karawang – Bekasi (1948).
Itulah beberapa kumpulan puisi Chairil Anwar bertema pahlawan.***