Kereta Api Parahyangan Tutup Beroperasi Mulai Tahun 2023, dan Kini Menuai Pro dan Kontra

- 8 Desember 2022, 10:44 WIB
Kereta Api Parahyangan Tutup Beroperasi Mulai Tahun 2023, dan Kini Menuai Pro dan Kontra
Kereta Api Parahyangan Tutup Beroperasi Mulai Tahun 2023, dan Kini Menuai Pro dan Kontra /Pikiran Rakyat/Rafi Fadhilah Rizqullah/
KILAS KLATEN - Pro Kontra operasional Kereta Api (KA) Argo Parahyangan yang akan ditutup pada awal tahun.
 
Hal ini karena kereta cepat Jakarta-Bandung ditargetkan mulai beroperasi dan digunakan masyarakat pada pertengahan 2023.
 
Arief Anshory Yusuf, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran (Unpad), mengatakan, melarang pemerintah untuk terburu-buru mematikan operasional KA Argo Parahyangan saat kereta cepat Jakarta-Bandung beroperasi.
 
”Biarkan konsumen memilih dahulu kereta cepat atau Argo Parahyangan. Bila betul nanti kereta cepat lebih baik (dari kecepatan, praktikalitas, dan keterjangkauan), maka konsumen akan beralih secara alamiah. Jangan terburu-buru kalau belum jelas terbukti. Kebijakan jangan hanya dibikin berbasis asumsi,” katanya.
 
Menurut Arief, layanan kereta cepat dan Argo Parahyangan tidak persis sama dan ada heterogenitas dalam kebutuhan konsumen pengguna.
 
 
Disisi lain Argo Parahyangan memberikan transportasi dari Stasiun Bandung ke Stasiun Gambir, tanpa harus transit menggunakan moda transportasi pengumpan (feeder).
 
Ia juga mengatakan jika pemerintah tetap memaksakan untuk menutup layanan Argo Parahyangan, secara ekonomi, sangat mungkin akan banyak penumpang beralih ke moda transportasi lain. Salah satunya, angkutan shuttle bus.
 
Untuk itu, menutup layanan Argo Parahyangan yang mampu mengangkut sekira 8.000 penumpang per hari untuk beralih ke layanan kereta cepat dengan target angkut 30.000 penumpang per hari bukan menjadi solusi yang baik.
 
Ketua Dewan Profesor Unpad itu menjelaskan, sebagai monopoli jasa perkeretaapian di Indonesia, pemerintah melalui PT KAI perlu mementingkan kepentingan konsumen ketimbang pemilik modal. Menghilangkan Argo Parahyangan berpotensi menyengsarakan konsumen.
 
 
Alternatif solusi yang bisa dilakukan, kata Arief, salah satunya meningkatkan aksesibilitas kereta cepat dan meningkatkan efisiensi dan kenyaman dari transportasi pengumpan agar penumpang dapat beralih secara alamiah ke kereta cepat.
 
Arief mengatakan, pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung jangan sampai menjadi de-development. De-development merupakan pembangunan yang belum mampu meningkatkan kesejahteraan. Dampak utama de-development adalah kesejahteraan masyarakat stagnan bahkan berkurang meski pembangunan infrastruktur dilakukan.
 
Selain itu, pembangunan kereta cepat juga harus mempertimbangkan inklusivitas. Menurut Arief, pembangunan yang baik bukan semata meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengaplikasi kan kecanggihan teknologi, juga mampu memberikan pemerataan.
 
 
Pengoperasian Kereta Cepat Jakarta-Bandung dengan tiket yang mahal dan menutup layanan Argo Parahyangan yang lebih murah, akan sulit memberikan pemerataan, terutama bagi masyarakat yang memiliki anggaran terbatas.***
 

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x