Latihan Soal Uji Pengetahuan (UP) PAI Sesuai Kisi-Kisi Iman dan amal shalih dalam Islam

22 Juni 2022, 17:28 WIB
Soal UP PPG PAI lengkap dengan pembahasan /

KILAS KLATEN - UP adalah ujian pengetahuan tahap akhir yang menentukan kelulusan mahasiswa PPG Dalam Jabatan (PPG 2022). Oleh karena itu, sebelum melaksanakan UP mahasiswa PPG harus belajar dengan sungguh-sungguh. Salah satunya adalah belajar tentang Latihan Soal Uji Pengetahuan (UP) PAI Sesuai Kisi-Kisi Iman dan amal shalih dalam Islam.

Materi Iman dan amal shalih dalam Islam sendiri merupakan salah satu materi profesional yang diujikan dalam UP PPG bagi Guru Pendidikan Agama Islam. Berikut ini Latihan Soal Uji Pengetahuan (UP) PAI Sesuai Kisi-Kisi Materi Konsep Amal Shalih dalam Islam dan Implementasinya yang dirangkum dari berbagai sumber.

Latihan Soal Uji Pengetahuan (UP) PAI Sesuai Kisi-Kisi Iman dan amal shalih dalam Islam

Disajikan narasi tentang kisah perilaku seseorang yang senantiasa mengerjakan amal shalih, mahasiswa dapat menentukan keberadaan iman kepada Allah sebagai fondasi amal shaleh dalam implementasinya di kehidupan sosial kemasyarakatan.

Baca juga: Pembahasan Soal UP PAI Sesuai Kisi-Kisi Materi Islam di Amerika

Contoh Soal Sesuai Kisi-kisi No. 40

Pak Amir melakukan amal perbuatannya atas dasar keyakinan dan semata-mata ibadah mengharap ridho Allah Swt., karena dia meyakini bahwa semua amal perbuatan manusia yang beriman harus bernilai ibadah dan menjadi amal shalih. Amal yang hanya dipersembahkan kepada Allah Swt. dan ridha penilaiannya diserahkan sepenuhnya hanya kepada-Nya. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa amal shalih dapat dijadikan sebagai ....
A. fondasi iman kepada Allah Swt.
B. bukti kecintaan kepada Allah Swt
C. rasa syukur atas segala nikmat
D. sarana untuk memperbanyak pahala
E. eksistensi diri dalam kehidupan sosial

Jawaban: (A)

Pembahasan:

Amal Shalih sebagai Implementasi Akhlak al-Karimah kepada Allah Swt.

Manusia diciptakan oleh Allah Swt. tujuannya adalah supaya beribadah hanya kepada-Nya. Amal yang hanya dipersembahkan kepada Allah Swt. penilaiannya diserahkan sepenuhnya hanya kepada-Nya.

Adapun kisi- kisi penilaian amal shalih sebenarnya sudah disampaikan dalam ajaran Islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad Saw., yakni amal yang dibingkai dengan iman; diawali rencana yang matang dan tawakkal, niat yang ikhlas, dikerjakan dengan sabar dan atau syukur, serta akhirnya dapat menerima (ridha) hasilnya sebagai bagian dari takdir Allah Swt.

Baca juga: Jelaskan Fungsi dan Hikmah Iman kepada Hari Akhir! Simak Jawaban Berikut Ini

a) Tawakkal

Menurut bahasa kata tawakkal diambil dari Bahasa Arab التوكل /tawakkul dari و َكَل kata akar /wakala) yang berarti lemah. Adapun التوكل/tawakkul berarti menyerahkan atau mewakilkan.

Al-Ghazali menyebutkan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin pada bab at-Tauhid wa at-Tawakkal, bahwa tawakkal itu adalah hakikat tauhid yang merupakan dasar dari keimanan, dan seluruh bagian dari keimanan tidak akan terbentuk melainkan dengan ilmu, keadaan, dan perbuatan.

Sementara Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dalam kitabnya Madarij as-Salikin menjelaskan bahwa tawakkal merupakan amalan dan penghambaan hati dengan menyandarkan segala sesuatunya hanya kepada Allah Swt. semata, percaya terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikan segala ‘kecukupan’ bagi dirinya, dengan tetap berikhtiar semaksimal mungkin untuk dapat memperolehnya.

Tawakkal itu dilakukan sebelum melakukan aktivitas. Kita harus menyadari sematang apapun rencana yang kita buat adalah rencana yang dibuat oleh manusia yang serba lemah, dan tidak dapat mengetahui secara universal tentang hubungan sebab akibat dari semua unsur yang menentukan dan mempengarui keberhasilannya. Manusia hanya bisa berencana Allah yang menentukan segalanya.

Baca juga: Pembahasan Soal UP PAI Sesuai Kisi-Kisi Materi Islam di Afrika

b) Ikhlas

Menurut bahasa, ikhlas berarti jujur, tulus dan rela. Dalam bahasa Arab, kata إخلاص /ikhlas merupakan bentuk mashdar dari إخالص/akhlasa yang berasal dari akar kata خلص/khalasa. Kata ini berarti shafaa (jernih), najaa wa salima (selamat), washala (sampai) dan i’tazala (memisahkan diri).

Makna ikhlas diungkapkan oleh para ulama antara lain:

• Muhammad Abduh mengatakan bahwa ikhlas adalah ikhlas beragama untuk Allah SWT. dengan selalu manghadap kepada-Nya, dan tidak mengakui kesamaan-Nya dengan makhluk apapun dan bukan dengan tujuan khusus seperti menghindarkan diri dari malapetaka atau untuk mendapatkan keuntungan serta tidak mengangkat selain dari-Nya sebagai pelindung (Muhammad Rasyid Ridha,1973, hlm. 475).

• Muhammad al-Ghazali mengatakan ikhlas adalah melakukan amal kebajikan semata-mata karena Allah SWT (Muhammad al- Ghazali, 1993, hlm. 139)

Ikhlas itu adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masalah niat sebab niat merupakan titik penentu dalam menentukan amal seseorang. Ikhlas merupakan bentuk implementasi iman dalam beramal, karena itu nyata sama dengan keimanan yang bisa bertambah dan berkurang. Untuk itu umat Islam harus berhati-hati terhadap sifat- sifat yang dapat merusak keikhlasannya:

• Ria, yakni melakukan amal perbuatan tidak untuk mencari ridha Allah SWT., akan tetapi untuk dinilai oleh manusia untuk memperoleh pujian atau kemashuran, posisi, kedudukan di tengah masyarakat.

• Sum’ah, yakni menceritakan amal yang telah dilakukan kepada orang lain supaya mendapat penilain dan dihargai misalnya kedudukan di hatinya.

• Nifak, sifat menyembunyikan kekafiran dengan menyatakan dan mengikrarkan keimanannya kepada Allah Swt. Jadi jelas akan menghilangkan keikhlasan karena tidak didasari dengan keimanan yang benar kepada Allah Swt.

Baca juga: Jelaskan Bukti-bukti Kebenaran Adanya Hari Akhir Beserta Alasanmu! Simak Jawaban Berikut Ini

c) Sabar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sabar berarti tahan menghadapi cobaan, tidak lekas marah, putus asa atau patah hati. Kata sabar berasal dari bahasa arab, yaitu shabara-yashbiru-shabran yang artinya menahan.

Sedangkan menurut istilah, sabar didefinisikan oleh para ulama, antara lain:

• Shabar adalah sikap tegar dalam menghadapai ketentuan dari Allah. Orang yang sabar menerima segala musibah dari Allah dengan lapang dada.

• Sabar adalah keteguhan hati yang mendorong akal pikiran dan agama dalam menghadapi dorongan-dorongan nafsu syahwat.

• Shabar adalah tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi godaan dan rintangan dalam jangka waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan.

Sabar memiliki padananan nama yang berbeda-beda sesuai dengan objeknya:

• Shabar adalah ketabahan menghadapi musibah, sehingga kebalikannya gelisah dan keluh kesah berarti tidak shabar.

• Shabar itu dhobith an nafs disebabkan mampu menghadapi dan menahan diri dari godaan hidup yang menyenangkan.

• Shabar dalam peperangan disebut pemberani, kebalikannya disebut pengecut.

• Shabar dalam menahan marah disebut santun (hilm), kebalikannya disebut pemarah (tazammur).

• Shabar dalam menghadapi bencana yang mencekam disebut lapang dada (ridha).

• Shabar dalam mendengar gosip disebut mampu menyembunyikan rahasia.

• Shabar terhadap kemewahan disebut zuhud

• Shabar dalam menerima yang sedikit disebut kaya hati (qana’ah), kebalikannya disebut tamak atau rakus.

Shabar merupakan kemampuan menahan atau mengatur diri untuk dapat tetap taat terhadap aturan-aturan yang benar berdasarkan syariat dalam menjalankan perintah Allah Swt., menjauhi larangan-Nya dan menerima cobaan, pada waktu tertentu mulai dari awal sampai selesai.

Baca juga: Pembahasan Soal UP PAI Sesuai Kisi-Kisi Materi Islam di Eropa

d) Syukur

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), syukur diartikan sebagai: (1) rasa terima kasih kepada Allah, dan (2) untunglah (menyatakan lega, senang dan sebagainya). Kata syukur berasal dari bahasa Arab yakni dalam bentuk mashdar dari kata kerja syakara–yasykuru–syukran–wa syukuran–wa syukranan. Secara bahasa berarti pujian atas kebaikan dan penuhnya sesuatu. Syukur juga berarti menampakkan sesuatu kepermukaan.

Adapun menurut istilah syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang dikaruniakan Allah yang disertai dengan kedudukan kepada-Nya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan tuntunan dan kehendak-Nya.

Syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang dikaruniakan Allah yang disertai dengan kedudukan kepada-Nya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan tuntunan dan kehendak-Nya. Dalam hal ini, hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, dan sebaliknya hakikat kekufuran adalah menyembunyikannya.

M. Quraish Shihab menegaskan bahwa syukur mencakup tiga sisi.

• Syukur dengan hati, yakni kepuasaan batin atas anugerah.

• Syukur dengan lidah, yakni dengan mengakui anugerah dan memuji pemberinya.

• Ssyukur dengan perbuatan, yakni dengan memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya.

Syukur itu menjadi landasan tauhid seseorang ketika diberikan fasilitas yang enak dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang hamba di dunia ini.

e) Ridha

Menurut bahasa kata الرضا/ridha berasal dari bahasa Arab yang berarti senang, suka, rela. Ia merupakan lawan dari kata السخط/al-sukht yang berarti kemarahan, kemurkaan, rasa tidak suka. Orang yang الرضا/ridha berarti orang yang sanggup melepaskan ketidak senangan dari dalam hati, sehingga yang tinggal di dalam hatinya hanyalah kesenangan.

Adapun secara istilah, definisi ridha:

• Menurut Dzunnun Al-Misri, ridha ialah kegembiraan hati dalam menghadapi qadha tuhan.

• Menurut Ibnu Ujaibah, ridha adalah menerima kehancuran dengan wajah tersenyum, atau bahagianya hati ketika ketetapan terjadi, atau tidak memilih-milih apa yang telah diatur dan ditetapkan oleh Allah, atau lapang dada dan tidak mengingkari apa-apa yang datang dari Allah

Baca juga: Latihan Soal UP PAI Sesuai Kisi-Kisi Materi Konsep Akhlak Al-Karimah

• Menurut Al-Barkawi, ridha adalah jiwa yang bersih terhadap apa-apa yang menimpanya dan apa-apa yang hilang, tanpa perubahan.

• Menurut Ibnu Aṭaillah as-Sakandari, ridha adalah pandangan hati terhadap pilihan Allah yang kekal untuk hamba-Nya, yaitu, menjauhkan diri dari kemarahan

Ridha terhadap keputusan Allah Swt. merupakan syarat diterimanya penghambaan seseorang. Siapa yang tidak ridha dengan keputusan dan takdir-Nya dia tidak berhak mengakui Allah sebagai Tuhannya.

Demikian Latihan Soal Uji Pengetahuan (UP) PAI Sesuai Kisi-Kisi Iman dan amal shalih dalam Islam yang perlu dipelajari sebelum menghadapi UP. Jangan lupa klik hastag PPG Dalam Jabatan untuk mengetahui semua informasi tentang PPG.***

Editor: Masruro

Tags

Terkini

Terpopuler