KILAS KLATEN – Capaian Pembelajaran (CP) Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti merupakan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa di akhir fase pada mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti . Berikut ini Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti untuk menyusun ATP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti SMP Fase D Kelas 7, kelas 8, dan kelas 9.
Sebagai informasi, Capaian pembelajaran (CP) yang digunakan di Sekolah Penggerak merupakan hal utama dalam suatu kurikulum dan kriteria suatu capaian pembelajaran yang baik yang dikembangkan oleh satuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Baca juga: Cara Menyusun Modul Ajar dengan Mudah
Berikut ini Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti untuk menyusun ATP Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti SMP Fase D Kelas 7 - 9 sebagaimana dikutip dari SK Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek Nomor 008/H/KR/2022.
Capaian Pembelajaran (CP) Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti SMP Fase D Kelas 7 - 9.
Pada akhir Fase D, peserta didik dapat menguraikan upaweda, wedangga dan jyotisa dalam kerangka pemahaman umat Hindu pada kehidupan sehari-hari. Selanjutnya peserta didik memahami konsep atman serta kemahakuasaan Hyang Widhi sebagai asta aiswarya yang berkaitan dengan jalan menuju Hyang Widhi. Kemudian, peserta didik dalam aspek susila mampu memahami konsep tri hita karana, catur purusartha, panca yama, dan nyama bratha untuk membentuk karakter dalam rangka pembentukan jati diri.
Selain itu, peserta didik mampu memahami sejarah perkembangan Agama Hindu di Asia, yang dalam penjabarannya memuat tentang ajaran Weda, kepemimpinan, ritual keagamaan (yājña). Dan peserta didik juga mampu memahami budaya hidup sehat dari sudut pandang kitab suci Weda serta dharma gita sesuai dengan kearifan lokal.
Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti SMP Fase D Kelas 7 - 9 Berdasarkan Elemen
Sraddha dan Bhakti
Peserta didik dapat, menerapkan dan mengaplikasikan asta asiwarya dan catur marga dalam kehidupan sosial keagamaan. Hal ini dilakukan untuk melatih dirinya untuk memahami akan kecintaanya kepada Hyang Widhi Wasa dan menerapkannya dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat.