Tak menyangka, salah seorang siswa di samping saya juga memperhatikan percakapan mereka. Ia kemudian nyeletuk,"Gua apa" Gua Selarong atau Gua Jepang?"
Beberapa siswa yang mendengarnya tertawa kecil. Di antara meeka ada yang berbisik, "Serasa di Terminal Kampung Rambutan, ye..?"
(Paragraf 1 -3)
Penjelasan: Penulis artikel menyusun pendahuluan dengan berdasarkan pengalaman pribadi yang ia peroleh dari peristiwa yang terjadi sebelumnya.
b. Rangkaian Argumen
Isi teks: Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa ada dua kelompok siswa yang memiliki sikap berbahasa yang berbeda di sekolah tersebut. Kelompok pertama adalah mereka yang kurang memikiki kepedulian terhadap penggunaan bahasa yang baik dan benar., Hal itu tanmpak pada ragam bahasa yang mereka gunakan yang menurut sindiran kelompok kedua sebagai ragam bahasa Kampung rambutan. Bahasanya orang-orang Betawi.
Paragraf (4 -11)
Penjelasan: Rangkaian argumen disusun dengan baik oleh penulis. Ia memaparkan fakta dan contoh-contoh yang memperkuat argumennya tentang lemahnya kebiasaan berbahasa siswa. Selain itu ia juga memaparkan penyebab mengapa para siswa cenderung enggan berbahasa baku dan benar. Yakni pada paragraf 8, Ragam bahasa Indonesia ragam baku mereka anggap kurang asyik dibandingkan dengan bahasa gaul, lebih-lebih dengan bahasa asing, baik itu dalam pergaulan ataupun ketika mereka sudah masuk dunia kerja.
c.Penegasan (kembali)
Isi teks: Hadirin yang berbahagia, kalangan terpelajar dengan julukan hebatnya sebagai tulang punggung negara, harapan masa depan bangsa seharusnya tidak larut dengan kebiasaan seperti itu. Para siswa justru harus menunjukkan kelas tersendiri dalam hal berbahasa.