Ayah: “Wah, kamu pintar juga ya.”
Rudi: “Iya dong. Oh, ya, untuk membantu, Ayah juga bisa memakai tabungan Rudi kok.”
Ayah: “Oh ya? Ayah coba pikir-pikir dulu ya.”
Rudi: “Coba Ayah pertimbangkan, suatu nanti mungkin Wati juga akan meminta laptop baru pelajaran TIK. Kebutuhan laptop untuk pelajaran TIK tidak seberat belajar desain. Jadi, kalau Ayah membelikan laptop baru untuk Rudi, laptop yang ini bisa diberikan ke Wati kan, Yah. Jadi, Ayah tidak usah membelikan Wati laptop lagi untuk pelajaran TIK.”
Ayah: “Ya, sudah kalau begitu. Ayah akan belikan, tapi…”
Rudi: “Janji, Yah. Rudi akan belajar dengan sungguh-sungguh,” jawab Rudi memotong perkataan Ayah.
Ayah: “Kamu itu… bukan itu maksud Ayah. Kamu kan sudah duduk di perguruan tinggi. Itu sih sudah menjadi kewajiban kamu sendiri untuk sadar akan pentingnya untuk belajar dengan sungguh-sungguh.”
Rudi: “Oh, iya, Yah. Hehe.. kalau begitu apa, Yah?”
Ayah: “Tapi nanti ya, Ayah anggarkan untuk me- nabung dulu mulai gajian bulan depan dan kamu harus tepati janji mau mengajari Wati untuk menggunakan laptop.”
Rudi: “Siap Pak!” jawab Rudi sambil sedikit bercanda.