KILAS KLATEN - Pada momentum ramadhan yang mulia ini alangkah baiknya kita senantiasa meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah swt.
Ketakwaan ini kita wujudkan dengan senantiasa menjalankan segala perintah Allah swt dan sekuat tenaga serta jiwa untuk menghindari apapun yang dilarang oleh-Nya.
Sementara keimanan kepada Allah kita wujudkan dengan percaya dan yakin bahwa Allah selalu mengawasi segala tingkah laku dan aktivitas kita, baik itu lahir maupun batin.
Allah maha mengetahui segalanya dan semua yang terjadi dalam kehidupan kita merupakan takdir baik dan buruk Allah yang harus kita yakini adanya.
Terkait dengan iman ini, sudah ditegaskan dalam hadits Nabi riwayat Imam Muslim yang menyebutkan rukun Iman. Rasulullah bersabda:
قَالَ: فَأَخْبِرِنِي عَن
ِ الإِيْمَانِ! قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلاِئِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَومِ الآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ Tiga
Artinya: “Jibril berkata: kabarkanlah kepadaku tentang iman? Rasulullah saw bersabda: iman itu adalah kamu percaya kepada Allah swt, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan kamu percaya pada takdir yang baik dan yang buruk (H.R. Muslim).
Pertanyaannya, sudahkah kita menjadi pribadi-pribadi yang beriman? Apakah orang beriman adalah mereka yang cukup hafal dan mampu menyebutkan rukun iman?
Tentu pertanyaan ini sulit untuk dijawab. Karena yang tahu kadar keimanan seseorang hanyalah Allah swt.
Namun terkait dengan hal ini, Allah swt telah memberikan ciri-ciri apakah kita masuk dalam golongan orang-orang beriman atau tidak.
Baca Juga: Teks Kultum Singkat Puasa Ramadhan Tema Istiqomah dalam Mengenal Allah SWT
Ada 5 ciri orang beriman yang disebutkan dalam firman Allah surat Al-Anfal ayat 2 dan 3.
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka.” (QS Al-Anfal [8]: 2).
Hanya orang yang berimanlah, yang jika disebutkan nama Allah, gemetar atau bergetar hatinya. Ada rasa takut dalam hatinya.
Rasa takutnya justru adalah sebagai bentuk mengagungkan asma Allah. Maka, jika ia berkeinginan untuk melakukan perbuatan dosa atau maksiat, ia pun segara teringat Allah dan takut melaksanakannya.
2. Bertambah imannya jika dibacakan ayat Al-Quran
وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا
Artinya: “dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya).” (QS: Al-Anfal [8]: 2).
Hal ini menjadi bukti keimanan seseorang ketika Al-Qur’an dibaca, baik oleh dirinya ataupun orang lain.
3. Bertawakkal hanya kepada Allah
Allah berfirman dalam lanjutan ayat :
وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Artinya: “Dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakkal.” (QS: Al-Anfal [8]: 2).
Orang yang beriman akan menyandarkan segala urusannya hanya kepada Allah, bukan kepada benda, gunung, cincin, keris, atau yang lain. Karena orang beriman itu yakin bahwa tidak akan terwujud suatu hal kecuali atas kehendak Allah.
Jika Allah berkehendak terjadi, maka terjadilah. Dan jika Allah tidak berkehendak, ya tidak akan terjadi.
Allah berfirman pada lanjutan ayat:
ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat.” (QS: Al-Anfal [8]: (3)
Mendirikan shalat adalah bukti keimanan seseorang. Di samping karena memang shalat adalah tiangnya agama.
Kalau ia menegakkan shalatnya, sama dengan ia menegakkan agamanya. Sebaliknya manakala ia meruntuhkannya, tidak memperhatikannya, mengabaikannya, sama juga dengan meruntuhkan, tidak memperhatikan dan mengabaikan agamanya sendiri.
Rasulullah ﷺ mengingatkan di dalam sabdanya:
الصَّلاةُ عِمادُ الدِّينِ ، مَنْ أقَامَها فَقدْ أقَامَ الدِّينَ ، وَمنْ هَدمَها فَقَد هَدَمَ الدِّينَ
Artinya: “Shalat adalah tiang agama, barangsiapa yang menegakkannya, maka ia telah menegakkan agamanya dan barangsiapa yang merobohkannya, berarti ia telah merobohkan agamanya.” (HR Al-Baihaqi).
5. Gemar berinfaq di jalan Allah
Allah berfirman pada lanjutan ayat:
وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ
Artinya: “Dan mereka yang menginfakkan rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS: Al-Anfal [8]: 3).
Jika kita memiliki sifat iman seperti itu, maka ayat menegaskan:
أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ حَقًّا
Artinya: “Mereka itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.” (QS Al-Anfal [8]: 4).
Semoga kita tergolong orang yang memiliki sifat-sifat orang-orang yang beriman dengan sebenarnya, sebagaimana ayat-ayat tersebut. Aamiin.***