Yordania Pertimbangkan Cabut Perjanjian Perdamaiannya Dengan Israel Jika Konflik Gaza Memburuk

- 7 November 2023, 09:17 WIB
Ilustrasi Gaza di peta.
Ilustrasi Gaza di peta. /unsplash.com/CHUTTERSNAP

Kilas Klaten – Yordania mengatakan pada hari Senin (5/11) bahwa pihaknya membiarkan "semua opsi" terbuka dalam menanggapi kegagalan Israel untuk membedakan antara target militer dan sipil dalam pengeboman dan invasi yang semakin intensif ke Jalur Gaza.

 

Perdana Menteri Bisher al Khasawneh tidak menjelaskan lebih lanjut langkah apa yang akan diambil Yordania, beberapa hari setelah Yordania memanggil pulang duta besarnya dari Israel sebagai bentuk protes atas serangan Israel ke Gaza setelah serangan lintas batas pada 7 Oktober lalu yang dilancarkan Hamas.

Yordania juga mengumumkan pekan lalu bahwa duta besar Israel, yang meninggalkan Amman tidak lama setelah serangan Hamas, tidak akan diizinkan untuk kembali, yang secara efektif menyatakannya sebagai persona non grata.

Baca Juga: Netanyahu Berhentikan Sementara Menteri Israel Atas Komentar Nuklir Gaza

"Semua pilihan ada di atas meja untuk Yordania dalam menghadapi agresi Israel ke Gaza dan dampaknya," kata Khasawneh, yang negaranya menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1994, kepada media pemerintah.

Khasawneh mengatakan pengepungan Israel atas Gaza yang padat penduduknya bukanlah pertahanan diri seperti yang selama ini mereka klaim.

"Serangan brutal Israel tidak membedakan antara target sipil dan militer dan meluas ke daerah-daerah yang aman dan ambulans," katanya.

Israel membantah sengaja menargetkan objek sipil di daerah yang padat penduduknya, dan mengatakan Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, menggali terowongan di bawah rumah sakit, dan menggunakan ambulans untuk mengangkut para pejuangnya.

Dalam sebuah pernyataan, kementerian luar negeri Israel mengatakan bahwa,”Hubungan dengan Yordania memiliki kepentingan strategis bagi kedua negara dan kami menyesalkan pernyataan-pernyataan yang menghasut dari kepemimpinan Yordania."

Baca Juga: Turki Bahas Gaza Dengan Mesir Dan Yordania, Kata Sumber Turki

Yordania sedang meninjau kembali hubungan ekonomi, keamanan dan politiknya dengan Israel dan mungkin akan membekukan atau mencabut sebagian perjanjian perdamaiannya jika konflik Gaza memburuk, kata para diplomat yang mengetahui pemikiran Yordania.

Perang Israel - Hamas telah membangkitkan kembali ketakutan lama di Yordania, yang merupakan rumah bagi sejumlah besar pengungsi Palestina dan keturunan mereka.

Mereka khawatir bahwa Israel dapat mengusir warga Palestina secara massal dari Tepi Barat yang diduduki Israel, di mana serangan pemukim Israel terhadap penduduk Palestina telah melonjak sejak serangan Hamas pada 7 Oktober.

Raja Abdullah menyuarakan keprihatinan ini dalam pembicaraan dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg di Brussels, dan memperingatkan akan adanya kekerasan yang meluas di Tepi Barat dan Yerusalem timur yang sebagian besar dihuni warga Arab, jika serangan pemukim Yahudi terhadap warga sipil Palestina tidak dihentikan, kata para pejabat.

Baca Juga: Turki Sepakat Dengan Mesir Untuk Menerima Pasien Kanker Gaza Untuk Pengobatan

Menteri Luar Negeri Ayman Safadi mengatakan bahwa setiap langkah untuk mengusir warga Palestina menyeberang ke Yordania, yang berbatasan dengan Tepi Barat, merupakan "garis merah" yang sama saja dengan pernyataan perang.

 

"Setiap upaya untuk mengusir warga Palestina dalam upaya Israel untuk mengubah geografi dan demografi akan kami hadapi," kata Safadi pekan lalu.

Kekhawatiran Yordania telah menjadi pusat perhatian dalam pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sejak perang Gaza meletus dan kemungkinan besar akan diangkat dalam pertemuan dengan Direktur CIA William Burns saat singgah di Yordania dalam waktu dekat ini, ujar para diplomat.***

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah