Angklung Sebagai Warisan Budaya Indonesia Bisa Dicabut UNESCO Jika Ini yang Terjadi

- 16 November 2022, 11:03 WIB
Angklung Sebagai Warisan Budaya Indonesia Bisa Dicabut UNESCO Jika Ini yang Terjadi
Angklung Sebagai Warisan Budaya Indonesia Bisa Dicabut UNESCO Jika Ini yang Terjadi /Pikiran Rakyat/

KILAS KLATEN - Angklung sudah diakui oleh UNESCO dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity sebagai Warisan Budaya Dunia dari Indonesia, tepatnya pada tahun 2010.

Pengakuan dari UNESCO tersebut, bisa dicabut tidak ada upaya pelestarian angklung sebagai warisan budaya tak benda kemanusiaan (representative list of intangible cultural heritage of humanity).

Angklung dikenal alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat.  Tercatat, sejarah penggunaan angklung di Jawa Barat sendiri dimulai pada masa Kerajaan Sunda, yakni pada sekitar abad ke-12 hingga ke-16.

Permainan angklung pada era itu dilakukan demi pemujaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang dari Dewi Sri, yakni Dewi Kesuburan atau Dewi Padi.

Baca Juga: 4 Tokoh Wanita di KTT G20, Maudy Ayunda Salah Satunya

UNESCO mematenkan filosofi dari musik angklung yang terdiri atas 5M: yaitu mudah didapat bahannya, murah harganya, mendidik, meriah dan massal.

Dilansir dari Pikiran Rakyat, untuk melestarikan angklung sebagai warisan budaya, perlu diupayakan usaha untuk melindungi, memelihara, memperkenalkan dan juga meregenerasi.

 “Karena pandangan angklung sebagai kesenian, bukan sebagai budaya konvensional tradisional yang sarat nilai, jadi hanya dianggap sarana hiburan,”  kata Guru Besar Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Prof. Dr. Arthur S Nalan pada Sawala Budaya Angklung Budaya Sunda di Bandung tahun 2020 lalu.

Nalan juga mengatakan, minimnya pengetahuan angklung sebagai budaya masyarakat, harus mendorong pemerintah, akademisi, dan juga seniman untuk mendokumentasikan angklung sebagai budaya khas Sunda.

Baca Juga: Google Doodle Bertemakan Angklung, Warisan Indonesia dengan Arti Filosofis Tersendiri

”Jangan sampai seperti pencak silat, saat ini lebih dikenal sebagai bela dirinya ketimbang budaya tradisional yang sarat nilai dalam setiap gerakannya,” ujar Nalan.

Setuju dengan pendapat dengan Nalan, Direktur Saung Angklung Udjo, Taufik Hidayat Udjo mengatakan bahwa sebagai budaya yang sarat nilai, angklung harus diselamatkan.

”UNESCO sudah mengisyaratkan bahwa angklung akan tetap menjadi warisan budaya dunia asal Indonesia bila angklung masih terlindungi, terpelihara, terpromosikan, dan teregenerasikan,” ujar Taufik.

Dirinya mengkhawatirkan, jika suatu saat, UNESCO bisa mencabut status angklung sebagai warisan budaya Indonesia, khususnya Jawa Barat.

Baca Juga: Anime Wisdom: Nasihat dan Kata-kata Bijak Hikigaya Hachiman untuk Para Jomblo

Tidak hanya itu, faktor bahan baku dan pengrajin juga mempengaruhi.

Rahmat, pengrajin angklung, mengungkapkan bahwa pendokumentasian dan penyelamatan angklung sebagai budaya tradisional warisan dunia oleh UNESCO, tidak ada artinya jika bambu sebagai bahan baku utama angklung dan pengrajin tidak ada.

”Saat ini, untuk mencari bambu hitam, apus, surat, atau gombong yang jadi bahan baku angklung sudah sangat sulit. Karena sulitnya, pembuat angklung pun makin berkurang,” ungkapnya.***

Editor: Masruro

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah