Wajib Tahu! Dampak Perceraian Orangtua Terhadap Kesehatan Mental Anak, Dapat Sebabkan Nilai Akademik Turun

- 15 Mei 2023, 13:15 WIB
Ilustrasi gambar perceraian/pixabay
Ilustrasi gambar perceraian/pixabay /

KILAS KLATEN - Perceraian tidak hanya menjadi keputusan terberat dan menguras emosi bagi orangtua yang menjalaninya, tapi anak-anak pun juga bisa terkena imbasnya.

Perceraian orangtua ternyata dapat memberi dampak besar pada anak, terutama bagi kesehatan mentalnya.

Anak-anak pastinya ingin memiliki orangtua yang lengkap, saling menyayangi, dan selalu ada untuk mendukungnya.

Namun sayangnya, perceraian kadang-kadang tidak bisa dihindari sebagai satu-satunya solusi atas permasalahan rumah tangga yang dialami orangtua.

Namun, sebelum memutuskan untuk bercerai, ada baiknya orangtua mempertimbangkan perasaan anak.

Sebab, perceraian dapat memengaruhi psikologis anak, bahkan tidak jarang menyebabkan gangguan mental pada anak.

Baca Juga: 3 Manfaat Saling Memaafkan di Hari Lebaran untuk Kesehatan Mental

Dampak Perceraian Orangtua pada Kesehatan Mental Anak

Adapun dampak perceraian orang tua yang dapat mempengaruhi kesehatan mental anak antara lain: 

1. Dilansir dari laman Verywell Family, penelitian menemukan bahwa anak-anak mengalami kesulitan paling berat dalam satu atau dua tahun pertama setelah perceraian orangtuanya.

Mereka cenderung merasa tertekan, marah, cemas, dan tidak percaya.

2. Perceraian juga meningkatkan risiko masalah kesehatan pada anak-anak dan remaja.

Terlepas dari usia, jenis kelamin, dan budaya, anak-anak yang orangtuanya bercerai mengalami peningkatan masalah psikologis.

Namun, penelitian juga menemukan tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi pada anak-anak dari orangtua yang bercerai.

Banyak anak dapat bangkit kembali setelah mengalami kesedihan yang mendalam atas perceraian orangtuanya.

Mereka dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dalam rutinitas harian mereka dan merasa nyaman dengan keadaan yang baru.

Namun beberapa anak lainnya, mereka mungkin tidak akan pernah benar-benar kembali pulih setelah menghadapi perceraian orangtua mereka.

Hal itu karena dampak perceraian pada tiap anak bisa berbeda-beda.

3. Dilansir dari The Guardian, sebuah penelitian menemukan bahwa dampak perceraian orangtua pada kondisi mental anak ternyata juga ditentukan oleh usia.

Perceraian orangtua nampaknya berdampak lebih besar pada anak yang berusia setidaknya 7 tahun ketika hal itu terjadi.

Baca Juga: Benarkah Kesehatan Mental yang Buruk Dapat Membuat Peningkatan Risiko Penyakit Jantung?

Anak-anak yang berada di antara usia 7 hingga 14 tahun saat orangtua berpisah, berisiko 16 persen lebih tinggi mengembangkan masalah emosional, seperti kecemasan dan gejala depresi, serta berisiko 8 persen lebih tinggi dalam mengembangkan gangguan perilaku.

Sebaliknya, perceraian yang terjadi saat anak masih berada di bawah usia 7 tahun dinilai tidak terlalu berdampak pada kondisi mental anak.

Anak-anak yang orangtuanya berpisah saat mereka masih berada di usia antara 3 hingga 7 tahun lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan masalah emosional tersebut. 

Dampak perceraian dirasakan lebih besar oleh anak-anak yang berusia di antara 7 hingga 14 tahun, karena pada usia tersebut, mereka sudah mulai mengenal pola hubungan manusia.

Mereka sudah bisa mengerti bahwa perceraian membuat mereka harus kehilangan sosok orangtua, dan hal itu bisa memengaruhi jiwanya.

Selain itu, kesehatan mental anak juga bisa terganggu bila anak menjadi sasaran emosi orangtua, terutama selama proses perceraian berlangsung.

Ada banyak hal dari perceraian yang memengaruhi anak secara psikologis. Berkurangnya kedekatan dengan salah satu orangtua dan berkurangnya kasih sayang dari orangtua setelah perceraian adalah beberapa di antaranya.

Namun, bagi beberapa anak perpisahan dengan orangtua bukan bagian tersulit.

Hal-hal yang menyertainya itu yang membuat perceraian menjadi paling sulit, seperti harus pindah sekolah, pindah ke rumah baru, dan tinggal dengan orangtua tunggal yang juga merasa lelah dan stres.

4. Memicu Stres

Menurut American of Child & Adolescent Psychiarty, banyak anak yang beranggapan bahwa mereka adalah alasan di balik perceraian orang tuanya.

Inilah yang secara alamiah dipikirkan oleh anak-anak, terutama yang masih balita ketika melihat orang tua berkonflik.

Oleh karenanya, mereka merasa memikul tanggung jawab untuk memperbaiki hubungan kedua orang tuanya. Semua hal tersebut adalah pemicu stres bagi anak.

Baca Juga: Dampak COVID19 Terhadap Kesehatan Mental dan Penyakit Lainnya
 
5. Emosi Tidak Stabil, Mimpi Buruk

Stres yang dialami oleh anak-anak Dalam jangka pendek bisa jadi membuat emosi anak-anak jadi tidak stabil, mereka mungkin mudah marah, mudah tersinggung, atau bahkan beberapa malah menarik diri dan menjadi pendiam. Beberapa anak mungkin juga mengalami mimpi buruk.
 
6. Berisiko Antisosial dan Mengembangkan Perilaku Buruk

Patrick F. Fagan, PhD., Direktur Marriage and Religion Research Institute (MARRI) mengatakan bahwa anak-anak yang orang tuanya bercerai berisiko lebih besar mengembangkan sikap antisosial, menunjukkan ciri karakterisitik agresif dan ketidaktaatan.
 
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Adolesence Health menunjukkan bahwa mereka yang orang tuanya bercerai pada saat mereka berusia 5 tahun atau lebih muda akan menjadi aktif secara seksual sebelum berusia 16 tahun.

7.Nilai Akademik Menurun

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Sociological Science menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya bercerai memperoleh nilai yang lebih rendah daripada teman-temannya di sekolah.
 
8. Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Saat orang tuanya bercerai, anak-anak pasti patah hati. Perasaan tersebut bisa menggiring anak-anak ke dalam depresi.

Studi tahun 2017 yang diterbitkan dalam jurnal Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal di keluarga campuran (orang tua kandung dan tiri) atau orang tua tunggal memiliki kemungkinan 2 kali lebih tinggi untuk memiliki gangguan mental atau membutuhkan bantuan psikologis.

9. Memiliki Trust Issue

Saat mereka tumbuh dengan melihat pernikahan yang gagal, anak-anak jadi mengembangkan keraguan mengenai cinta serta keharmonisan dalam suatu hubungan.

Apalagi mereka juga mengalami rasa tidak aman saat orang tua berpisah. Padahal, anak-anak percaya bahwa orang tuanya bisa menjamin hal tersebut.

Baca Juga: Kesehatan Mental Remaja Makin Memprihatinkan? Bagaimana Cara Menjaganya?
 
Mereka berisiko mengembangkan trust issue atau sulit percaya dan menyelesaikan konflik dalam suatu hubungan.

Di masa dewasa, anak-anak ini akan kesulitan menjalani hubungan romantis lantaran banyak ketakutan akan hal negatif.
 
10. Berisiko Menghadapi Perceraian Juga di Kehidupannya Kelak

Penelitian di AS menunjukkan bahwa di Amerika Serikat, anak perempuan dari orang tua yang bercerai memiliki tingkat perceraian 60% lebih tinggi, sementara untuk anak laki-laki persentasenya 35%.***

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x