Kefakiran Adalah Pangkal Musibah, Benarkah? Temukan Jawabannya Disini!

- 19 November 2022, 13:00 WIB
Kefakiran Adalah Pangkal Musibah, benarkah?
Kefakiran Adalah Pangkal Musibah, benarkah? /Pexels

KILAS KLATEN - Orang fakir (miskin) perlu mengkhawatirkan kefakirannya. Keadaan fakir yang serba kekurangan, dapat memaksa seseorang untuk jatuh dalam godaan berbuat maksiat demi memenuhi kebutuhan hidup.

Sering dijumpai kasus kejahatan yang terjadi di masyarakat, entah itu pencurian, perampokan, penipuan, dan sebagainya, yang sering menjadi sebab utamanya ialah faktor E (ekonomi).

Tidak semua pelaku kejahatan melakukan aksinya secara sadar, mereka tahu itu salah, tetapi tidak ada pilihan lain.

Bukan soal apa-apa, ini soal P-E-R-U-T-!

Itupun bukan hanya perut pribadi, melainkan juga perut orang lain: istri dan anak-anaknya.

Baca Juga: Penjelasan Gus Baha Tentang Resep Pernikahan Agar Langgeng, Pegang Satu Hadis Ini!

Mengetahui besarnya godaan itu, maka penting bagi mereka yang saat ini miskin, untuk menjaga keimanannya dengan syukur dan sabar.

Syukur dan sabar merupakan senjata paling ampuh umat muslim dalam menghadapi situasi apa pun di kehidupan. Kedua-duanya, bila dilakukan seorang hamba, Allah Swt akan menjanjikan pahala.

Sebenarnya ada pilihan lain sembari melakukan syukur dan sabar. Apa itu?

Pilihan tambahan lainnya yaitu bekerja keras untuk mengentaskan kefakiran diri sendiri.

Memang, seorang manusia tidak bisa menentukan nasibnya, kaya atau miskin, dasarnya setiap rezeki sudah ditentukan kadarnya oleh Allah Swt, jauh sebelum manusia dilahirkan.

Baca Juga: Anime Wisdom: Jangan ditiru, Begini Kelakuan Ayah Terburuk dalam Anime!

Manusia hanya dituntut berusaha dengan baik untuk menjemput rezeki yang telah ditentukan baginya dan berdoa agar Allah Swt memberikan rezeki yang berkah.

Salah satu ahli Hikmah berkata:

“Kefakiran itu pangkalnya musibah dan menyebabkan orang lain benci, menjatuhkan harga diri, juga menghilangkan rasa malu,”

“Tatkala seseorang ditimpa kefakiran, pasti akan hilang rasa malunya, hilang pula harga dirinya,”

“Dan barangsiapa kehilangan harga dirinya, ia akan dibenci. Jika ia dienci, maka ia akan diremehkan. Jika demikian yang terjadi, maka perkataannya tidak bermanfaat, malah membahayakan dirinya.”

Baca Juga: Lirik Mughrom Arab, Latin, dan Arti, Sholawat Mughrom Qolbi Bihubbika Mughrom

Berkata Luqman Al-Hakim kepada anaknya:

“Wahai anakku, aku telah memakan labu pahit dan aku telah merasakan jada. Namun aku merasakan, bahwa tidak ada yang lebih pahit selain kefakiran.”

“Jika kau tertempa kefakiran, maka jangan kau utarakan pada orang lain, agar mereka tidak meremehkanmu,” lanjut Al-Hakim.

Dirinya juga mengajarkan, untuk senantiasa meminta kepada Allah, karena tiada urusan yang tidak selesai jika memohon kepada Allah Swt.

Berkata lagi Al-Hakim kepada anaknya:

“Anakku, hendaknya engkau bekerja. Seandainya kau tidak memperoleh untung apa pun, melainkan hatimu menjadi mulia dan hati musuh menjadi hina, itu sudah cukup sebagai keuntungan.”

Baca Juga: Adab Seorang Istri Terhadap Suami Menurut Imam Al-Ghazali

Dari Abdullah bin Abbas r.a pernah berkata:

“Dunia adalah kesejahteraan, masa muda adalah kesehatan, harga diri adalah kesabaran dan kemuliaan adalh ketaqwaan, serta kehormatan adalah harta.”

Sebagian ulama mengatakan:

“Pangkal nikmat itu ada tiga: yang pernama nikmat Islam sebagai penyempurna kenikmatan, yang kedua nikmat kesehatan, sebagai kebaikan dalam hidup, dan yang ketiga adalah nikmat kekayaan, yang tiada sempurna kehidupan kecuali dengannya.”

Jadi bagaimana, apakah kefakiran adalah pangkal musibah? Silakan simpulkan sendiri.***

 

 

 

 

Editor: Masruro

Sumber: Beragam Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah