Namun, situasi tersebut berubah ketika polisi menembakkan gas air mata dengan dalih mengurai massa.
"Itu sebenarnya sekian menit itu kondisi lapangan terkendali. Kami sayangkan ini, kondisi ini kok ricuh. Apalagi kericuhan itu, banyak pihak yang memberikan keterangan kepada kami, itu akibat (tembakan) gas air mata," ujar Anam.
Akibat dari tembakan gas air mata tersebut, membuat para suporter panik hingga massa berdesak-desakan ketika hendak keluar dari Stadion Kanjuruhan.
Saat yang bersamaan, saat itu ada pintu stadion yang tebuka terlalu sempit bahkan ada yang tertutup, hal inilah yang membuat banyak jatuh korban.
Bukti tembakan gas air mata sebagai penyebab banyak jatuh korban jiwa diungkap Anam berdasarkan kondisi jenazah.
Baca Juga: Terbang ke Malang, Jokowi Beri Santunan Korban Tragedi Kanjuruhan
“Kondisi jenazahnya banyak yang wajahnya berwarna biru. Ini menunjukkan kemungkinan besar karena kekurangan oksigen dan karena gas air mata,” tuturnya.
Sementara itu, sampai saat ini, berdasarkan keterangan Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo, ada penambahan data korban meninggal dunia menjadi 131 orang dari 125 orang, sementara 440 orang mengalami luka ringan dan 29 orang luka berat akibat tragedi Kanjuruhan tersebut.***