Apa Saja Tahapan Perkembangan Anak? Berikut Tahapan Moral, Sosial, dan Emosional Anak Menurut Para Ahli

26 September 2022, 21:30 WIB
Ilustrasi Apa Saja Tahapan Perkembangan Anak? Berikut Tahapan Moral, Sosial, dan Emosional Anak Menurut Para Ahli /Pixabay/Daniela Dimitrova

KILAS KLATEN - Artikel ini berisi tentang pembahasaan dan penjelasan tahapan perkembangan anak: tahapan moral, sosial, dan emosional menurut para ahli.

Artikel tentang tahapan perkembangan anak: tahapan moral, sosial, dan emosional ini bisa dijadikan referensi bagi mahasiswa jurusan pendidikan, khususnya mahasiswa PG PAUD.

Pembahasan tentang tahapan perkembangan anak: tahapan moral, sosial, dan emosional ini diambil dari Modul 2 Filosofi dan Pendekatan Pendidikan Anak Usia Dini atau Modul PAUD4409 Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini karya Widarmi D Wijana, dkk.

Berikut penjelasan tahapan perkembangan anak: tahapan moral, sosial, dan emosional.

Baca Juga: Filosofi Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD

Tahapan Perkembangan Anak: Tahapan Moral, Sosial, dan Emosional

Piaget membagi tahapan moral ini dalam beberapa tingkatan, yaitu: premoral dimana anak bertindak berdasarkan keinginannya saja, moral realisme di mana anak mulai memahami aturan dan konsekuensi hukuman dan hadiah, serta moral relativisme yang saat anak sudah sadar akan konsekuensi tindakannya berdasarkan pertimbangan moral.

Kemanusiaan yang adil dan beradab juga bermakna bahwa setiap perilaku anak harus berlandaskan konsekuensi moral seiring dengan kematangan pergaulan anak.

Sedangkan Kolhberg membagi tahapan moral ini dalam tahap-tahap:

(1) Preconventional (di bawah 6 tahun), pada tahap ini perilaku anak dipengaruhi konsekuensi fisik maupun hedonisme sebagai balasan atas perilakunya.

Kohlberg pada tahap ini menyatakan bahwa anak berperilaku berdasarkan atas konsekuensi yang akan diterima setelah ia bertindak;

(2) Conventional, harapan, pada tahap ini anak bertindak karena mengharapkan suatu predikat “anak baik”, sedikit sadar aturan; dan

(3) Postconventional, kesadaran, anak pada tahap ini sudah dapat memilih perbuatan dan mempertanggungjawabkan pilihannya tersebut.

Parten membagi tahapan perkembangan sosial berdasarkan kegiatan bermain anak, dimana setiap tahapnya menuntut stimulasi pengembangan untuk menghadapi tahapan selanjutnya.

Tahapan tersebut dibagi menjadi lima, yaitu:

(1) Solitary play, anak bermain sendiri. Ia belum berinteraksi dengan anak lain;

(2) Parallel play, anak mulai bergabung dengan anak lain tetapi belum ada interaksi sosial;

(3) On-looking play, anak hanya mengamati belum ikut bermain sehingga proses sosial juga belum tampak;

(4) Associative play, anak mulai bermain bersama anak lain dan telah berlangsung interaksi antar anak; dan

(5) Cooperative play, pada tahap ini sudah ada pembagian tugas, aturan, dan kerja sama sehingga ada konsekuensi dalam setiap tindakan anak.

Baca Juga: Apa Saja Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD? Berikut Ini Penjelasan Lengkapnya

Erikson membagi tahapan emosional ini menjadi tahap-tahap berikut.

a. Basic trust vs Mistrust (0 – 1 tahun), jika anak berhasil mendapatkan pengalaman yang menyenangkan maka ia akan lebih percaya diri untuk mengulangi pengalaman tersebut.

Namun sebaliknya, jika anak gagal dalam memperoleh pengalaman, maka anak cenderung curiga pada lingkungannya.

b. Autonomy vs Shame and Doubt (2 – 3 tahun), tahap ini didasarkan pada kegiatan anak secara fisik.

Jika anak mampu menguasai keterampilan fisik dengan baik maka anak akan merasa percaya diri untuk terus mencoba berbagai aktivitas fisik sehingga ia akan menjadi lebih aktif.

Namun, jika gagal secara total dalam mencoba aktivitas fisiknya, maka anak akan malu dan ragu melakukannya lagi;

c. Initiative vs Guilt (4 – 5 tahun), tahap ini anak mulai melakukan kegiatan mandiri yang biasanya mulai lepas dari ketergantungan orang tua.

Jika anak berhasil melakukan kegiatan mandirinya, maka anak akan terus mencoba melakukan kegiatannya sendiri tanpa tergantung pada orang tuanya lagi.

Namun, jika gagal maka anak akan merasa bersalah tidak berani lagi jauh dari orang tuanya.

Baca Juga: Penting Diketahui, Inilah Tujuan Kegiatan PAUD atau Pendidikan Anak Usia Dini

d. Industry vs Inferiority (6 tahun ke atas), tahap ini berhubungan dengan penguasaan keterampilan tertentu yang berhubungan dengan tugas perkembangan anak usia dini.

Jika anak berhasil menguasai keterampilan tertentu dengan sempurna maka ia akan lebih percaya diri lagi. Jika gagal anak akan minder dan rendah diri, karena tidak memiliki keterampilan tertentu.

e. Identity & Repudiation vs Identity Diffusion (masa remaja), anak yang berada pada tahap ini mulai pada tahap pencarian jati diri.

Jika jati diri yang dimaksud tepat dengan kepribadian anak, maka anak yang berada pada masa remaja tersebut akan dapat memenuhi tuntutan biologis, psikologis dan sosialnya sehingga ia akan menjadi manusia dewasa yang matang nantinya.

Namun jika gagal, jati diri tersebut akan hilang dan tidak jelas identitas dirinya (jati dirinya) di masa dewasa nanti.

f. Intimacy & Solidarity vs Isolation (dewasa muda), orang dewasa muda berada pada masa usaha pengintegrasian jati diri.

Jika ia berhasil mengintegrasikan jati dirinya maka ia akan mudah bergaul dan bersosialisasi dengan lingkungannya.

Jika gagal orang tersebut akan cenderung menarik diri dari pergaulan dan mengucilkan diri.

g. Generativity vs Stagnation (dewasa), orang dewasa berada pada tahap ini, dimana peran produktivitas di masyarakat merupakan tujuan hidupnya.

Jika orang dewasa ini berhasil maka ia akan terus berkarya bahkan bukan tidak mungkin karya-karya selanjutnya lebih bagus dan kreatif lagi dari sebelumnya.

Jika gagal, biasanya anak akan patah semangat dan tidak mau mencoba lagi, apalagi jika kegagalan tersebut fatal.

h. Integrity vs Despair (tua), masa tua merupakan masa pencapaian integritas atau penyatuan diri.

Jika berhasil, orang tersebut akan merasa sebagai bagian dari sejarah kehidupan manusia sehingga ia akan bisa menerima segala keterbatasan dalam kehidupan, baik yang ada dalam dirinya maupun lingkungannya.

Baca Juga: Pengertian dan Tujuan Kurikulum PAUD atau Pendidikan Anak Usia Dini

Namun, jika gagal maka ia akan putus asa, menyesali diri dan sangat takut pada kematian yang sudah pasti akan datang pada setiap manusia.

Demikian artikel tentang tahapan perkembangan anak: tahapan moral, sosial, dan emosional.***

Editor: Masruro

Sumber: Modul PG PAUD

Tags

Terkini

Terpopuler