Baja Murah dari China Membanjiri Pasar Baja Korea Selatan: Produsen Lokal Alami Penurunan Laba

- 4 Juni 2024, 13:20 WIB
Bendera China.
Bendera China. /Reuters/Thomas Peter/

KILAS KLATEN – Dalam beberapa tahun terakhir, Korea Selatan telah menjadi saksi dari lonjakan masif dalam impor baja murah dari China.

Fenomena ini telah mengakibatkan dampak yang signifikan bagi industri baja domestik, dengan produsen utama baja Korea seperti POSCO dan Hyundai Steel melaporkan penurunan besar dalam laba operasional mereka selama kuartal pertama tahun ini.

Menurut data industri terbaru, POSCO Holdings mencatat penurunan laba operasional sebesar 17,3% year-on-year, mencapai 583 miliar won ($423 juta), sementara Hyundai Steel mengalami penurunan sebesar 83,3%, turun menjadi 55,8 miliar won ($40,6 juta).

Demikian pula, laba operasional SeAH Steel turun 67,7% menjadi 64,8 miliar won ($47 juta), sementara Dongkuk Steel melaporkan penurunan laba sebesar 33,1%, mencapai 52,5 miliar won ($38 juta).

Baca Juga: Korea Utara Menghentikan Pengiriman Balon Sampah, Korea Selatan Bersiap Memasang Kembali Pengeras Suara

Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan laba ini adalah perlambatan dalam industri konstruksi Korea.

Namun, penyebab lain yang tidak kalah signifikan adalah lonjakan impor baja dari China.

Asosiasi Besi & Baja Korea (KISA) melaporkan bahwa impor baja Korea mencapai 4,05 juta ton pada kuartal pertama tahun ini, dengan sekitar 65% berasal dari China.

Hal ini menandai peningkatan sekitar sepuluh poin persentase dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Dari total 90 juta ton baja yang diekspor oleh produsen baja China tahun sebelumnya, sebanyak 8,73 juta ton diimpor ke Korea, menandai peningkatan sebesar 29,3% dari tahun sebelumnya.

Baja dari China dihargai lebih dari 10% lebih rendah dibandingkan dengan baja buatan Korea.

Plat baja dengan ketebalan 6 milimeter atau lebih dari China bahkan dapat memiliki harga yang lebih murah hingga 20% dari pesaingnya di Korea, dijual sekitar 700.000 hingga 800.000 won per ton.

Plat baja ini biasanya digunakan dalam pembuatan kapal. Tidak mengherankan, impor plat baja dari China ke Korea melonjak 4,4 kali lipat dari tahun sebelumnya, mencapai 1,21 juta ton.

Tentu saja, jika Amerika Serikat meningkatkan tarif pada baja China seperti yang telah direncanakan, hal ini dapat mengakibatkan lebih banyak lagi volume baja China dialihkan ke Korea.

Seorang insdustriwan mengungkapkan kekhawatiran bahwa China mungkin akan mendorong lebih banyak baja ke Korea, yang memiliki perlindungan perdagangan yang lebih rendah dibandingkan dengan negara lain.

Baca Juga: Korea Selatan Siap dapat Jackpot Minyak dengan Potensi Temuan 14 Miliar Barel Minyak dan Gas

Presiden AS Joe Biden telah menginstruksikan Perwakilan Perdagangan AS (USTR) untuk meningkatkan tiga kali lipat tarif pada baja China, meningkatkan dari rata-rata 7,5% menjadi 22,5% berdasarkan Bagian 301 (Super 301) Undang-Undang Perdagangan AS.

Selain itu, ia juga memerintahkan USTR untuk mengambil sikap tegas terhadap praktik penumpukan baja oleh China di negara-negara tetangga seperti Meksiko dan Chile.

Sementara itu, industri Korea sedang mempertimbangkan untuk mengajukan kasus anti-dumping terhadap baja China.

Tindakan anti-dumping ditempuh ketika produk asing dijual di pasar Korea dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga di pasar domestik, yang merugikan industri lokal.

Jika keluhan tersebut diterima, tarif anti-dumping dapat diberlakukan untuk mengurangi kesenjangan harga antara harga normal dan harga yang ditumpahkan, sehingga melindungi industri dalam negeri dari praktik perdagangan yang tidak adil.

Kesimpulannya, banjir baja murah dari China telah menjadi perhatian serius bagi industri baja Korea Selatan.

Dengan prospek kenaikan tarif AS yang lebih tinggi terhadap baja China, langkah-langkah untuk melindungi industri dalam negeri menjadi semakin mendesak bagi pemerintah Korea Selatan.***

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo

Sumber: Chosun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah