KILAS KLATEN - Mengenal Fenomena Sharenting, Ketika Orangtua Gemar 'Mengekspos' Anak di Media sosial.
Mungkin Anda sering melihat deretan publik figur yang memposting kegiatan anak-anak mereka.
Entah kegiatan di rumah, ketika sedang berlibur, atau kegiatan menyenangkan lainnya.
Misalnya seperti yang baru-baru ini ramai diberitakan, seorang publik figur mengunggah konten video di YouTube di mana ia terlihat membawa anaknya yang masih bayi naik jetski. Hal ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan netizen.
Tapi, tahukah Anda kalau aktivitas memposting kegiatan anak di media sosial memiliki dampak yang sebenarnya bisa berbahaya bagi anak? Kegiatan ini disebut dengan sharenting.
Sharenting merupakan praktik mendokumentasikan kehidupan anak-anak di media sosial.
Bukan hanya publik figur saja, hampir seluruh orangtua di seluruh dunia suka mendokumentasikan aktivitas anak-anak mereka dan membagikannya secara online.
Namun, sebagai satu dari 10 negara dengan pengguna internet terbanyak di dunia dan sebagian besar orang tua baru didominasi oleh kaum milenial, diduga perilaku sharenting di Indonesia lebih tinggi jumlahnya.
Kebiasaan ini perlu mendapatkan perhatian, terutama bagi Anda para orang tua.
Sharenting memang bisa memberikan manfaat bagi orang tua.
Di sisi lain, sharenting yang dilakukan tanpa pertimbangan matang bisa mengundang sejumlah bahaya.
Tidak lantas berarti Anda dilarang melakukannya. Hanya, sebagai orang tua, Anda hanya perlu bertindak lebih bijak dan berpikir dengan matang sebelum membagikan segala sesuatu ke publik.
Bahaya Sharenting
Berikut ini bahaya sharenting, antara lain:
1. Membuat Anak Rentan Menjadi Incaran Pedofilia
Tentu tidak semua unggahan membuat anak rentan diincar oleh pelaku pedofilia.
Namun, menggunggah anak berpose tanpa busana, atau dengan mengekspos bagian alat vital bisa membuat pedofilia tertarik dengan anak Anda.
Di samping itu, tidak bijak memilih tagar pun bisa membuat anak rentan mengalami kejahatan, misalnya dengan membuat tagar #sexybaby, #bathtime, dan sejenisnya di caption foto terkait.
2. Anak Menjadi Rentan terhadap Penculikan
Terlalu update dalam mengunggah aktivitas anak di jejaring sosial bisa memudahkan penjahat untuk melakukan tindak penculikan.
Kejahatan tersebut akan lebih mudah terjadi jika Anda membagikan lokasi foto atau video anak secara real-time.
Maka itu, hindarilah mengunggah foto atau video anak secara real-time dengan mengikutsertakan informasi lokasi sang buah hati.
3. Kemungkinan Terjadinya Penculikan Digital
Secara fisik, anak mungkin tetap bersama dengan Anda.
Namun, unggahan yang sangat terperinci tentang anak di dunia maya bisa membuat identitasnya dicuri orang lain.
Sang pencuri bisa saja membuat akun baru menggunakan nama anak Anda, dan membuatnya seolah-olah itu memang akun asli yang bisa digunakan untuk mencari keuntungan.
4. Membuat Anak Frustrasi
Tidak semua anak suka difoto. Apalagi ada sebagian orang tua yang mendandani anaknya dengan cukup kompleks, menggunakan berbagai properti, dan meminta mereka melakukan berbagai tingkah agar terlihat lucu saat tertangkap kamera.
Bila anak tak menyukai hal itu, ia bisa saja depresi atau frustrasi.***