Bagaimana Cara Menyusun Cerita Pendek? Berikut Rangkuman Materi Bab 3 Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP

- 29 Agustus 2022, 22:00 WIB
Rangkuman Menyusun Cerita Pendek Materi Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP
Rangkuman Menyusun Cerita Pendek Materi Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP /Pexels/Liza Summer/

KILAS KLATEN - Menyusun Cerita Pendek merupakan salah satu materi yang dipelajari oleh siswa Kelas 9 SMP dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Materi Menyusun Cerita Pendek ini terdapat dalam buku teks Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP Cetakan Ke-2,2018 Edisi Revisi.

Buku ini merupakan salah satu buku yang digunakan oleh guru dan siswa Kelas 9 SMP dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Buku Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP yang menjadi salah satu sumber belajar utama untuk digunakan pada satuan pendidikan ini ditulis oleh Agus Trianto, Titik Harsiati, dan E. Kosasih.

Di dalam bab Menyusun Cerita Pendek, siswa Kelas 9 SMP akan mendapatkan berbagai pengetahuan tentang Menyusun Cerita Pendek.

Baca juga: Bagaimana Cara Melaporkan Percobaan? Berikut Rangkuman Materi Bab 1 Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP

Berikut ini adalah Rangkuman Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP Materi tentang Menyusun Cerita Pendek yang diambil dari Buku Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Kemdikbudristek.

Rangkuman Menyusun Cerita Pendek Materi Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP

Tujuan dasar naratif adalah untuk menghibur dan memikat pembaca atau pendengar.

Naratif juga bertujuan memberi pengetahuan, ajaran, atau sebagai pendapat untuk mengubah perilaku.

Tujuan ganda naratif adalah untuk mendidik dan menghibur. Ada kalanya tujuan ’’mendidik” dapat berubah menjadi ’’merusak”.

Sebagai pembaca dan penikmat, kita harus hati-hati memilih bacaan agar tidak mendapat efek negatif.


Ada beberapa tipe naratif. Naratif dapat berupa karya imajiner, faktual, atau kombinasi keduanya.

Teks naratif misalnya cerita peri, misteri, fiksi ilmiah, roman, cerita horor, cerita petualangan, fabel, mitos, legenda, naratif historis, balada, pengalaman pribadi, dan lembar kehidupan.

Novel, film, drama, dan cerpen juga termasuk dalam teks naratif.

Naratif merupakan teks yang berfokus pada tokoh khusus.

Fungsi sosial naratif adalah menceritakan kisah atau peristiwa lalu untuk penghiburan khalayak.

Dalam naratif terdapat urutan peristiwa orang/tokoh yang berada dalam waktu dan tempat tertentu.

Teks naratif berbeda dengan recount (menceritakan kisah yang telah terjadi) dalam hal struktur retorika.

Urutan dalam teks naratif berkaitan dengan konflik/masalah/krisis peristiwa dan berakhir pada penyelesaian krisis sebagai resolusi.

Cerita pendek (cerpen) mengangkat persoalan kehidupan manusia secara khusus.

Tema cerpen berasal dari persoalan keseharian hingga ke renungan filosofis yang dipotret dari kehidupan nyata.

Tokoh dan latar bisa saja direkayasa demi kepentingan keindahan cerita dan sekaligus membedakannya dengan teks cerita pengalaman nyata.

Ciri cerpen juga ditandai dengan jumlah karakter yang relatif kecil mencakup satu tindakan tunggal dengan satu fokus tematik.

Unsur yang ada pada cerpen adalah latar, sudut pandang penceritaan, karakter (tokoh), dan alur/plot/struktur.

Ciri kebahasaan yang menonjol dari teks naratif, khususnya cerita pendek fiksi sebagai berikut.

1. Sudut pandang pencerita menjadi ciri kebahasaan khas cerpen, pencerita menjadi orang pertama atau ketiga.

2. Beberapa dialog dapat dimasukkan, menunjukkan waktu kini atau lampau.

3. Kata benda khusus, pilihan kata benda yang bermakna kuat dan bermakna khusus, misalnya memilih kata bermgin atau trembesi dibanding pohon.

4. Uraian deskriptif yang rinci, deskripsi yang digunakan untuk menggambarkan pengalaman, latar, dan karakter.

Misalnya, baunya seperti apa, apa yang bisa didengar, terlihat seperti apa, seperti apa rasanya, dan lain-lain.

5. Penggunaan majas:

a. simile (perbandingan langsung ”Seekor burung pipit sedang berusaha mempertahankan nyawanya. Dia terbang bagai batu lepas dari katapel sambil menjerit sejadi-jadinya”);

b. metafora (perbandingan tidak langsung atau tersembunyi ”Dia memiliki hati batu/”Keras kepala seperti lembu”);

c. personifikasi (benda mati yang dianggap seperti mahluk hidup ”awan tertatih-tatih melintasi langit” ”kerikil dijalan tampak pucat sedih”).

6. Penggunaan pertanyaan retoris sebagai teknik melibatkan pembaca, ’’Pernahkah tinggal di rumah apung di sungai?”

Menulis cerpen atau karya fiksi memerlukan keterampilan memilih kata yang bermakna kuat, lebih ekspresif secara emosi.

Baca juga: Soal dan Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP Halaman 32 Laporan Membaca Buku Kumpulan Puisi

Demikian Rangkuman Menyusun Cerita Pendek Materi Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP yang bisa dijadikan sebagai referensi siswa Kelas 9 SMP saat belajar materi mata pelajaran Bahasa Indonesia.***

Editor: Masruro

Sumber: Buku Kemdikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah