Faktor yang Menunjukan Prediksi Resesi dan Krisis Pangan di Indonesia 2023 Berpotensi Kecil Terjadi

- 8 November 2022, 08:00 WIB
Faktor yang Menunjukan Prediksi Resesi dan Krisis Pangan di Indonesia 2023 Berpotensi Kecil Terjadi
Faktor yang Menunjukan Prediksi Resesi dan Krisis Pangan di Indonesia 2023 Berpotensi Kecil Terjadi /Pixabay/Pexels

KILAS KLATEN - Akhir-akhir ini banyak sekali pemberitaan di media mengenai Indonesia dan Dunia Internasional yang berpotensi terkena resesi ekonomi dan krisis pangan.

Ekonom senior Indonesia Muhammad chatib Basri, Ekonom yang juga menjadi peneliti dan mantan Menteri Keuangan RepubliK Indonesia, mengatakan;

“Situasinya tantannnya berat, tetapi bukan berarti kita akan mengalami pertumbuhan ekonomi negative, makannya yang terjadi perlambatan, kalau kita biasa tumbuh 5,2% mungkin di tahun 2023 kita akan tumbuh sedikit di bawah 5%”.

Baca Juga: Ditengah Bayang-bayang Resesi, Menaker Akui Pengangguran Turun Sejak Pandemi

Bukan berarti Negara Indonesia mengalami kemandekan disegala sektor penting ekonomi, yang perlambatan, sama halnya seperti yang terjadi disaat masa-masa awal PPKM tahun lalu.

Jika dilhat dari tiga faktor pendukung bahwa di Indonesia tidak akan terjadi resesi bisa dilihat dari faktor dibawah ini.

Berikut faktor yang mendukung ketahanan ekonomi Indonesia, dan dampaknya tidak terlalu fatal.

Ketahanan Energi

Indonesia memiliki lebih dari pasokan listrik yang dimana bahan bakunya bersala 50% dari batubara. Data kementerian ESDM memiliki stok batubara sebanyak 188,9 juta ton, sedangkan padatahun 2023 195,5 juta ton.

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tetap Membara, Meski Ditengah Bayang Resesi, IMF Beri Pujian

Produksi batu bara saat ini telah mencapai 360,70 ton dengan target produksi sebanyak 663 juta ton. Produksi batu bara ini selalu diatas produksi tatas permintaan bahan bakar dalam negeri.

Ketahanan Pangan

Indonesia memiliki 227 juta penduduk, sedangkan ketersedian beras nasional sebanyak 36,95 juta ton pada tahun 2022. Jika dikurangi dengan 30,90 juta ton, maka akan ada stok 6,05 juta ton yang akan masuk ke tahun 2023.

Artinya Indonesia tidak perla mengimpor beraslagi pada tahun 2023, karena secara rata-rata produksi beras nasional meningkat karena produktivitas petani pada tahun 2022 bisa mencapai 5,22 ton Kg/Ha, meningkat menjadi dari tahun sebelumnya yang 5,12 ton/Ha.

Baca Juga: Dampak Resesi ke Indonesia Cukup Buruk, 3 Hal Ini Wajib Disiapkan dari Sekarang

Untuk stok suplay gandum untuk membuat industry mie instan dan roti di Indonesia terbilang aman karena pemasok gandum terbesar kita Australia, Argentina, dan Canada,bukan dari Negara yang sedang berkonflik makan pasokan dan distribusi kita aman.

Indonesia masih punya stok pangan limpahan dari 2021 yang berupa beras, bawang putih ,jagung kedelai yang bisa digunakan pada tahun 2023.

Produksi sawit Indonesia pada tahun 2021 capai 18,5 juta ton, produksi swait di tahun 2023 akam berkurang karena kebijakan public pupuk.

Ketahanan Finansial

Untuk mengetahui ketahanan finasial Indonesia bisa dilihat dari dua indikator penting dalam kesehatan industry perbankan yaitu:

Baca Juga: Ekonomi Jerman Tak Stabil, Resesi Mengancam Negeri Panzer

1. Rasio Kredit macet (Non Performing Loan)

Indikator ini untuk menunjukan berapa jumlah kreditur yang gagal bayar dalam pinjaman bank, jika rasio kredit macet beratrti artinya ekonomi dan perdagangan sedang tidak baik-baik saja.

2. Rasio kecukupan Modal (Capital Adequecy ratio)

Indikator ini untuk menunjukan sejauh mana bank punya dana kas untuk menampung kerugian.

Dua indikator ini sangat penting sekali untuk melihat negara mempunyai pertahanan perbankan yang baik atau tidak.

Baca Juga: Prediksi Ancaman Resesi Tahun 2023, Ini yang Akan Terjadi

Faktanya ketahanan finansial Indonesia masih aman baik jika dilihat dari sudut pandang NFL dan CAR dengan angka batas yang rendah pada beberapa lembaga keuangan swasta maupun nasional, artinya tidak menunjukan bahwa dalam batas ambang tanda-tanda resesi.

Namun masyarakat kita harus tetap waspada terhadap kemungkinan terburuk apabila resesi benar-benar terjadi dan semakin bijak dan penuh perhitungan apabila hendak menyimpan uang pada aset yang high risk dan pikirkan kembali jika hendak mengambil pinjaman di bank, karena potensi suku bunga akan naik.***

Editor: Masruro


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah