Harga Minyak Menetap 1% Lebih Tinggi Dikarenakan Data Inflasi AS yang Rendah

- 11 November 2022, 10:53 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia. Harga Minyak Menetap 1% Lebih Tinggi Dikarenakan Data Inflasi AS yang Rendah
Ilustrasi harga minyak dunia. Harga Minyak Menetap 1% Lebih Tinggi Dikarenakan Data Inflasi AS yang Rendah /Pexels/Zukiman Mohamad/
KILAS KLATEN - Harga minyak menetap 1% lebih tinggi pada hari Kamis, 10 November 2022 lalu berakhir lebih rendah untuk pertama kalinya minggu ini.
 
Hal tersebut karena data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan mengimbangi kekhawatiran bahwa pembatasan baru COVID-19 di China akan merugikan permintaan bahan bakar.
 
Setelah tiga hari mengalami penurunan, minyak mentah berjangka menguat setelah data inflasi mendukung harapan investor bahwa Federal Reserve akan meredam kenaikan suku bunganya, yang dapat mendukung permintaan minyak.
 
"(Data Indeks Harga Konsumen) bisa menjadi titik balik yang didambakan investor," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.
 
 
Masih ada banyak rasa sakit di depan tetapi segalanya tiba-tiba terlihat sedikit lebih positif," kata Erlam.
 
Minyak mentah Brent menetap 1,1% lebih tinggi pada $93,67, naik $1,02. Minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 0,8% menjadi menetap di $84,67, atau 64 sen lebih tinggi.
 
Indeks dolar AS, karena data ekonomi yang cerah memikat investor menjauh dari safe-haven greenback menuju aset berisiko termasuk minyak. 
 
Melemahnya dolar membuat minyak dalam denominasi greenback lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
 
Namun, China sedang berjuang melawan peningkatan infeksi COVID-19 di beberapa kota yang vital secara ekonomi, termasuk Beijing.
 
 
Kekhawatiran tentang pembatasan mobilitas tambahan membatasi kenaikan harga minyak mentah, kata Giovanni Staunovo, analis komoditas di UBS.
 
Di pusat manufaktur Guangzhou, jutaan penduduk diperintahkan untuk dites pada hari Rabu.
 
Penarikan pasukan Rusia dari Kherson di Ukraina juga menahan kenaikan harga, kata Matt Smith, analis di Kpler.
 
Minyak mentah melonjak awal tahun ini karena invasi Rusia ke Ukraina menimbulkan kekhawatiran tentang pasokan, dengan Brent mendekati rekor tertinggi $147 per barel. 
 
Harga sejak itu jatuh di tengah kekhawatiran kemungkinan resesi. Brent telah turun lebih dari 6% minggu ini.
 
Pasar juga berada di bawah tekanan pada hari Rabu dari kenaikan besar dalam persediaan minyak mentah AS, naik 3,9 juta barel ke level tertinggi sejak Juli 2021.***
 

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x