Penyakit Polio Dapat Dicegah Dengan Imunisasi, Berikut Penjelasannya

- 21 November 2022, 13:12 WIB
kemenkes nyatakan Indonesia beresiko tinggi hadapi KLB Polio.
kemenkes nyatakan Indonesia beresiko tinggi hadapi KLB Polio. /
KILAS KLATEN - Seorang anak berusia tujuh tahun asal Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh, dinyatakan positif polio, dengan gejala demam disertai kelumpuhan pada kaki kiri. 
 
Kasus polio pada anak tersebut ditemukan usai dikeluarkannya hasil laboratorium pada 10 November 2022 lalu, dan dinyatakan positif polio tipe dua. 
 
Rendahnya cakupan imunisasi disertai buruknya sanitasi menjadi penyebab kasus polio ini kembali muncul sejak Indonesia dinyatakan bebas polio pada 2014 silam.
 
Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. 
 
Virus Polio terdiri dari 3 strain yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk family Picornaviridae.
 
 
Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang akibat infeksi virus.
 
Virus polio yang ditemukan dapat berupa virus polio vaksin/sabin,  Virus polio liar/WPV (Wild Poliovirus) dan VDPV (Vaccine Derived Poliovirus). 
 
VDVP merupakan virus polio vaksin/sabin yang mengalami mutasi dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
 
Imunisasi merupakan tindakan yang paling efektif dalam mencegah penyakit polio.  
 
Vaksin polio yang diberikan berkali-kali dapat melindungi seorang anak seumur hidup. 
 
Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian imunisasi polio pada anak-anak.
 
 
Pencegahan penularan ke orang lain melalui kontak langsung (droplet) dengan menggunakan masker bagi yang sakit maupun yang sehat. 
 
Selain itu mencegah pencemaran lingkungan (fecal-oral) dan pengendalian infeksi dengan menerapkan buang air besar di jamban dan mengalirkannya ke septic tank.
 
Pencegahan dengan Vaksin polio ada 4 jenis, yaitu :
 
1. Oral Polio Vaccine (OPV), untuk jenis vaksin ini aman, efektif dan memberikan perlindungan jangka panjang sehingga sangat efektif dalam menghentikan penularan virus. Vaksin ini diberikan secara oral. 
 
Setelah vaksin ini bereplikasi di usus dan diekskresikan, dapat menyebar ke orang lain dalam kontak dekat.
 
2. Monovalent Oral Polio Vaccines (mOPV1 and mOPV3), sebelum pengembangan tOPV, OPV Monovalen (mopVs) dikembangkan pada awal tahun 1950an. 
 
Vaksin polio ini memberikan kekebalan hanya pada satu jenis dari tiga serotipe OPV, namun tidak memberikan perlindungan terhadap dua jenis lainnya.
 
 
OPV Monovalen untuk virus Polio tipe 1 (mopV1) dan tipe 3 (mOPV3) dilisensikan lagi pada tahun 2005 dan akhirnya mendapatkan respon imun melawan serotipe yang lain.
 
3. Bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV), setelah April 2016, vaksin virus Polio Oral Trivalen diganti dengan vaksin virus Polio Oral Bivalen (bOPV). 
 
Bivalen OPV hanya mengandung virus serotipe 1 dan 3 yang dilemahkan, dalam jumlah yang sama seperti pada vaksin trivalen. 
 
Bivalen OPV menghasilkan respons imun yang lebih baik terhadap jenis virus Polio tipe 1 dan 3 dibandingkan dengan OPV trivalen, namun tidak memberikan kekebalan terhadap serotipe 2.
 
4. Inactivated Polio Vaccine (IPV), sebelum bulan April 2016, vaksin virus Polio Oral Trival (topV) adalah vaksin utama yang digunakan untuk imunisasi rutin terhadap virus Polio.
 
Dikembangkan pada tahun 1950 oleh Albert Sabin, tOPV terdiri dari campuran virus polio hidup dan dilemahkan dari ketiga serotipe tersebut. 
 
 
tOPV tidak mahal, efektif dan memberikan perlindungan jangka panjang untuk ketiga serotipe virus Polio. 
 
Vaksin Trivalen ditarik pada bulan April 2016 dan diganti dengan vaksin virus Polio Oral Bivalen (bOPV), yang hanya mengandung virus dilemahkan vaksin tipe 1 dan 3.***

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah