Pemerintah Selamatkan 542 Warga WNI pada Tahap Pertama Evakuasi Konflik Militer di Sudan

- 26 April 2023, 08:51 WIB
Ratusan WNI akan dievakuasi dari Sudan di tengah pertempuran militer, Senin (24/4/2023).
Ratusan WNI akan dievakuasi dari Sudan di tengah pertempuran militer, Senin (24/4/2023). /ANTARA/HO-KBRI Khartoum/am.

KILAS KLATEN - Sebanyak 542 Warga Negara Indonesia (WNI) pada tahap pertama evakuasi dari Sudan, yang dilanda konflik militer sejak 15 April 2023 lalu telah diselamatkan oleh Pemerintah

Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha melalui pesan singkatnya, Selasa, 25 April 2023 mengatakan kini 542 WNI sedang dalam perjalanan dari Port Sudan menuju Jeddah, Arab Saudi.

Ia mengemukakan, Jeddah akan menjadi tempat singgah para WNI yang dievakuasi dari Sudan sebelum mereka diterbangkan ke Tanah Air.

Jumlah WNI yang dievakuasi pada tahap pertama diketahui bertambah dari 538 orang, menurut angka yang diumumkan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi pada Senin, 24 April 2023 lalu menjadi 542 orang.

Judha menjelaskan bahwa tambahan angka tersebut adalah mahasiswa Indonesia yang bergabung dengan tim KBRI Khartoum dan WNI evakuasi lainnya di Port Sudan melalui jalur lain.

“Sementara itu evakuasi tahap kedua sedang dilaksanakan dari Khartoum ke Port Sudan,” ujar dia.

Penyelamatan WNI dari Sudan disebut Menlu Retno tidak mudah, karena dilakukan di tengah pertempuran yang masih terus berlangsung antara militer Sudan (SAF) dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF).

Baca Juga: BRIN Singgung Kondisi Dalam Negeri Terkait Konflik Rusia dan Ukraina

Mengingat situasi di lapangan yang sangat cepat berubah dan adanya pembatasan bahan bakar bagi kendaraan pengangkut para warga negara asing yang dievakuasi, maka Indonesia tidak bisa mengevakuasi seluruh WNI dalam sekali jalan.

Dalam evakuasi tahap kedua, pemerintah berencana mengevakuasi 298 WNI, meskipun mungkin jumlahnya akan bertambah setelah Menlu RI mengimbau WNI lainnya untuk segera melapor diri ke KBRI untuk juga dievakuasi dari Sudan.

Berdasarkan data KBRI Khartoum, tercatat 1.209 WNI yang tinggal di Sudan.

Sebagian besar dari mereka adalah pelajar dan mahasiswa yang berdomisili di Ibu Kota Khartoum.

Keberadaan dan keselamatan para WNI di Sudan menjadi perhatian karena Khartoum dan wilayah sekitarnya adalah titik utama pertempuran mematikan antara SAF dan RSF.

Sebelumnya Warga Negara Indonesia (WNI) yang masih berada di Sudan diminta melaporkan diri ke KBRI Khartoum untuk segera dievakuasi ke Tanah Air.

Imbauan tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Senin agar seluruh WNI yang tersisa di Sudan bisa dievakuasi pada tahap kedua.

Melalui tahap pertama, 538 WNI berhasil dibawa ke Port Sudan untuk dipulangkan ke Indonesia melalui Jeddah, Arab Saudi.
 
Baca Juga: Penghuni Ponpes Ogah Mengungsi Walau Dipaksa Petugas Untuk Evakuasi Gunung Semeru

Dia menjelaskan bahwa sejak konflik berkecamuk di Sudan, pemerintah berusaha semaksimal mungkin dan berupaya keras untuk memberikan pelindungan kepada WNI.

Dari hari pertama terjadinya konflik yaitu pada 15 April 2023, koordinasi antara Kemlu dengan lima perwakilan RI yakni di Khartoum (Sudan), Kairo (Mesir), Addis Ababa (Ethiopia), serta Riyadh dan Jeddah (Arab Saudi) terus diperkuat.

Koordinasi juga diperluas dengan kementerian dan lembaga lain, terutama dengan TNI guna membahas evakuasi ke Indonesia.

Pertempuran yang masih terus berlangsung disertai pembatasan bahan bakar untuk kendaraan pengangkut sehingga evakuasi para WNI dari Sudan tidak bisa dilakukan dalam sekali jalan.

Kemudian sebanyak 538 WNI telah berada di Port Sudan untuk diberangkatkan ke Jeddah melalui jalur laut, sebelum kemudian dipulangkan ke Indonesia.

Selanjutnya, pemerintah berencana mengevakuasi 298 WNI lainnya, yang sebagian besar adalah mahasiswa dan lima pekerja perusahaan.

Berdasarkan data KBRI Khartoum, tercatat 1.209 WNI yang tinggal di Sudan.

Sebagian besar dari mereka adalah pelajar dan mahasiswa yang berdomisili di Ibu Kota Khartoum.

Keberadaan dan keselamatan para WNI di Sudan menjadi perhatian karena Khartoum dan wilayah sekitarnya adalah titik utama pertempuran mematikan antara tentara Sudan (SAF) dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF).***

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah