Labelisasi Vs Prasangka Baik Menjadi Doa

- 6 Agustus 2022, 11:40 WIB
Afriani, S.Pd
Afriani, S.Pd /Guru TK Negeri 6 Samarinda /

Oleh: Afriani, S.Pd

PIKIRAN RAKYAT - Sering kali kita mendengar petuah dari ahli parenting bahkan para ustaz juga mengenai pentingnya menjaga lisan kita dalam mengasuh anak. Terlebih pada saat kita emosi atau saat hati kita tidak stabil. Sebagai ibu muda yang baru punya anak satu dua, hal ini sangatlah tidak mudah dalam praktiknya.

Selama mendidik anak apalagi anak pertama, semua teori parenting yang telah sering dipelajari kini menjadi uji praktik yang nyata. Tak jarang menghadapi benturan-benturan. Baik terhadap lingkungan sekitar atau terhadap pasangan.

Hal-hal sepele bisa menjadi bahan diskusi yang mendalam. Namun itu semua membuat sebagian besar pasangan muda yang mau belajar semakin dewasa dalam mendidik dan mengasuh anak.

Dari sekian peristiwa yang sering kali kita dapati perihal labelisasi saat menegur perbuatan anak. Menurut kaca mata nilai-nilai agama terutama agama Islam hal itu tidak bisa dibenarkan.

Penggunaan kata tertentu yang tidak perlu disertakan saat menegur anak. Contoh kalimat yang sering digunakan seperti; “Mas Teguh, suka betul, ya habis mainan enggak dirapikan. Ayo masukkan mainannya di laci!”

Penggunaan labelisasi pada pilihan kata ‘ suka betul ‘ ini menunjukkan orangtua mengingatkan sekaligus memberi labelisasi negatif terhadap diri anak. Penggunaan kata ‘suka betul’ itu menunjukkan anak sering kali melakukan perbuatan yang sama dan berulang-ulang.

Saat saya jengkel dengan perilaku anak biasanya kata atau kalimat yang terlontar itu spontan sekali. Hal ini perlu buat saya berlatih untuk mengendalikan emosi jiwa dengan kalimat yang akan terlontar saat menanggapi perbuatan anak. Perjuangan berlatih menyesuaikan antara suasana hati dengan kalimat yang keluar dari lisan menjadi pembelajaran saya selama menjadi ibu muda.

Mengapa ini menjadi diskusi yang mendalam bagi kami berdua? Ini penting sekali menjadi pengetahuan dan kelak dipraktikkan bagi keluarga muda. Seringkali secara tak sengaja keluar ungkapan kesal dan penuh emosi dari mulut seorang ibu saat anaknya melakukan perbuatan yang menjengkelkan hatinya.

Misalkan anak menghambur-hamburkan isi lemari pakaian yang sudah tersusun rapi. Atau menghambur-hamburkan bedak ke wajahnya, bajunya, dan lantai penuh dengan bubuk putih di mana-mana.

Halaman:

Editor: Masruro


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah