Mengenal Tradisi Dugderan, Tradisi Masyarakat Semarang Jelang Bulan Ramadhan

- 21 Maret 2023, 18:53 WIB
Tradisi Dugderan, Tradisi Masyarakat Semarang Jelang Bulan Ramadhan
Tradisi Dugderan, Tradisi Masyarakat Semarang Jelang Bulan Ramadhan /PIXABAY

KILAS KLATEN – Apa itu tradisi Dugderan? Bagaimana sejarah tradisi Dugderan? Simak informasi terkait tradisi Dugderan berikut ini.

Dugderan merupakan suatu upacara yang diselenggarakan setiap menjelang datangnya bulan suci Ramadhan. Tradisi Dugderan ini merupakan cerminan dari perpaduan 3 etnis yang mendominasi masyarakat Semarang antara lain etnis Jawa, Tionghoa dan Arab.

Nama “Dugderan” diambil dari kata “dugder” yang berasal dari kata “dug” berarti bunyi bedug yang ditabuh dan “der” yang berarti bunyi tembakan meriam. Adapun bunyi “dug” dan “der” itu merupakan pertanda akan datangnya awal bulan Ramadhan.

Baca Juga: Mengenal Megengan Tradisi Menjelang Ramadhan di Jawa Timur

Sejarah Tradisi Dugderan

Sejarah tradisi Dugderan diperkirakan mulai berlangsung sejak tahun 1881 di kala Semarang dipimpin oleh Bupati RMTA Purbaningrat. Upacara Dugderan ini dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat dalam masyarakat terkait awal dimulainya puasa pada bulan Ramadhan.

Maka dari itu, tercapailah suatu kesepakatan untuk menyamakan persepsi masyarakat dalam menentukan awal Ramadhan.

Kesepakatan tersebut yakni dengan cara menabuh bedug di Masjid Agung Kauman dan meriam di halaman Kabupaten serta dibunyikan masing-masing sebanyak 3 kali, kemudian dilanjutkan dengan diumumkannya terkait awal puasa di masjid.

Tradisi Dugderan ini ditandai dengan banyaknya para pedagang menjajakan dagangannya yang beraneka ragam, di antaranya makanan, minuman, dan mainan anak-anak seperti perahu-perahuan, celengan, seruling dan gangsing.

Halaman:

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x