Network
KILAS KLATEN - Mendapatkan keturunan anak menjadi hal yang sangat didambakan bagi pasangan suami istri.
Ada yang ingin memiliki anak laki laki dan ada pula yang ingin mempunyai anak perempuan.
Nah, ternyata dalam Islam pun telah dijabarkan tentang bagaimana cara untuk mendapatkan keturunan anak laki laki atau perempuan.
Baca Juga: 5 Racikan Minuman Herbal Untuk Meningkatkan Stamina Pria di Ranjang, Dijamin Langsung Gacor!
Ustad Khalid Basamalah menyampaikan, dahulu Nabi Muhammad SAW pernah mendapatkan pertanyaan dari umatnya tentang kapan anak laki-laki lahir dan kapan anak perempuan lahir.
Kala itu, Rasulullah pun menjawab bahwa anak laki laki akan lahir ketika saat melakukan hubungan suami istri, si suami klimaks terlebih dahulu.
Begitu pula kebalikannya, anak perempuan akan lahir ketika saat berhubungan intim, si wanitanya yang klimaks terlebih dahulu.
Baca Juga: Ketahui Arti Mimpi Minum Teh dan Kopi, Ternyata Pertanda Rezeki dan Ketenangan Hati?
“Rasulullah mengatakan andai saja laki laki lebih dulu klimaks maka otomatis anaknya menyrupai dia yang artinya anaknya laki laki. Kalau perempuan lebih dulu klimaks maka menyerupai dia maksudnya perempuan,” jelas Ustad Khalid Basamalah seperti yang dilansir Kilas Klaten dalam YouTube SAP Channel, Kamis, 27 Januari 2022.
Maka dengan begitu, Ustad Khalid pun menyampaikan bahwa ketika ingin mendapatkan keturunan anak bisa diatur, apakah menginginkan anak laki-laki atau perempuan.
“Berarti di sini ada bahasn siapa yang menyelesaikan lebih dahulu dia atau pasangannya. Maka ketika mau mendapat anak laki-laki, ketika berhubungan di masa subur maka laki laki yang harus keluar terlebih dahulu, baru istrinya menysusul. Begitu pula sebaliknya,” tegasnya.
Baca Juga: Syarat dan Lokasi Pendaftaran Bintara TNI AD 2022, Simak Jadwal dan Tips Seleksi!
Ustad Khalid menambahkan, saat melakukan hubungan suami istri perlu ditekankan mindset bahwa dalam berhubungan, antara suami dan istri harus saling mendapatkan kepuasan.
Ketika sang suami mencapai puncak kepuasan terlebih dahulu, maka suami tidak boleh meninggalkan begitu saja.
Sang suami harus berupaya untuk membusat istrinya juga mencapai puncak kepuasan. Begitu pula ketika terjadi sebaliknya.***
