Dirinya juga menyampaikan alasan bahwa ancaman perubahan iklim tersebut benar-benar nyata, dan jika dibiarkan, hal tersebut akan mengancam masyarakat dunia di seluruh Negara.
Menurutnya, ketika perubahan iklim menimpa negara miskin dan rentan, maka tidak ada pilihan selain melakukan tindakan dan upaya mitigasi bencana perubahan iklim.
Tidak hanya itu, ancaman perubahan iklim akan mendorong lebih dari 132 juta orang masuk ke dalam kemiskinan, 260 juta orang bermigrasi, dan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia.
Baca Juga: Pengamat Puji Pengamanan G20, Namun Tidak Perlu Semua Persiapan Dibuka Ke Publik
Untuk itu Mari menyarankan untuk melakukan mitigasi segera terhadap ancaman perubahan iklim.
Oleh karenanya, transformasi dalam tujuan mengatasi perubahan iklim, perlu dilakukan, termasuk dalam lima sistem utama yakni: transportasi energi, pertanian, pangan dan penggunaan lahan.
“Itu karena infrastruktur perkotaan dan manufaktur menyumbang 90 persen dari emisi gas rumah kaca,” ujar Mari.
Sementara itu, seandainya tindakan mitigasi cepat dilakukan, maka secara menyeluruh suatu Negara akan memperoleh pertumbuhan, pekerjaan, ketahanan, dan pembangunan secara sekaligus.
Baca Juga: Demi Jaga Kondusifitas Keamanan KTT G20 di Bali, Sidang Ferdy Sambo CS di Tunda Sepekan
“Anda dapat mencapai keduanya (iklim dan pembangunan), jika Anda melakukannya dan mengelolanya dengan cara yang benar,” pungkas Meri.