Kesehatan Mental Remaja Makin Memprihatinkan? Bagaimana Cara Menjaganya?

24 Februari 2023, 16:16 WIB
Ilustasi - Pentingnya menjaga kesehatn mental /pixabay

KILAS KLATEN - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat merilis sebuah laporan tentang kesehatan mental anak-anak remaja di Amerika Serikat, pada hari Senin, 13 Februari 2023 lalu.

Berdasarkan survey tersebut umur 14-18 atau lebih dari 40 persen siswa remaja, tahun, pernah mengalami rasa sedih atau putus asa yang berkepanjangan.

Dr. Kathleen Ethier, direktur Divisi Kesehatan Remaja dan Sekolah di CDC, mengatakan selama 10 tahun terakhir ini, kesehatan mental anak-anak muda semakin memburuk.

Tapi sekarang, ada jauh lebih banyak remaja putri yang melaporkan masalah kesehatan mental dan keinginan bunuh diri maupun tindakan yang mengarah ke sana. Masalah itu tidak pernah separah ini sebelumnya.

Kira-kira 1 dari 3 remaja putri (30 persen) pernah benar-benar mempertimbangkan untuk bunuh diri. Kira-kira 3 dari 5 remaja putri (57 persen) pernah terus-menerus merasa sedih atau putus asa.

Baca Juga: Demi Kesehatan Mental, Lakukan 4 Langkah Ini untuk Hindari Orang Toxic

Sementara itu, Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) yang melakukan survei pertama di Indonesia Oktober tahun lalu, terhadap remaja usia 10-17 tahun, diketahui bahwa satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental.

Sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Angka ini setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja.

Remaja dalam kelompok ini adalah remaja yang terdiagnosis dengan gangguan mental sesuai dengan panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi Kelima (DSM-5) yang menjadi panduan penegakan diagnosis gangguan mental di Indonesia.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa gangguan mental yang paling banyak diderita oleh remaja adalah gangguan cemas (gabungan antara fobia sosial dan gangguan cemas menyeluruh), sebesar 3,7%, diikuti oleh gangguan depresi mayor (1,0%), gangguan perilaku (0,9%), serta gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) masing-masing sebesar 0,5%.

Meskipun pemerintah sudah meningkatkan akses ke berbagai fasilitas kesehatan, hanya sedikit remaja yang mencari bantuan profesional untuk masalah kesehatan mental mereka.

Padahal, hampir 20% dari total penduduk Indonesia berada dalam rentang usia 10–19 tahun, sehingga populasi remaja dapat dikatakan memiliki peran penting bagi perkembangan Indonesia, terutama untuk meraih bonus demografi dan merealisasikan visi Indonesia Emas 2024.

Baca Juga: Kenali Gejala Kesehatan Mental, Nomer 5 Paling Berbahaya

Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

Seseorang dengan mental sehat akan berpengaruh pula pada kondisi fisik juga kualitas hidup.

Ketika seseorang sejahtera secara psikologis, sosial maupun emosional, maka bisa dikatakan bahwa individu tersebut memiliki mental yang sehat.

Mental yang sehat juga merupakan cikal bakal bagi diri kita untuk terus berkembang.

Banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dengan adanya kesehatan mental. 

Alasan Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

1. Mampu menyikapi masalah dengan baik

Orang dengan kesehatan mental yang baik tentu memiliki pikiran positif sehingga mampu untuk mengatasi segala persoalan yang ada.

Penting untuk memiliki pikiran yang positif karena hal tersebut merupakan landasan agar dapat melakukan aktivitas secara produktif juga mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

2. Mampu Berinteraksi dengan Baik

Manusia tidak terlepas dari kehidupan sosial. Orang dengan kondisi mental yang sehat akan mampu berinteraksi dengan optimal karena mereka bisa menjalin komunikasi dengan mudah dan juga mudah berbaur dengan lingkungannya.

Selain itu dengan mental yang sehat seseorang memungkinkan untuk bisa memberikan solusi atau ide terhadap permasalahan yang sedang terjadi di lingkupnya, sehingga akan memberikan kontribusi pada circle pertemanannya.

Baca Juga: Mengetahui Pentingnya Self Healing bagi Kesehatan Mental

3. Mendorong untuk Memiliki Tubuh yang Sehat

Mental yang sehat bisa dijadikan cikal bakal untuk membentuk tubuh yang sehat pula.

Semua aktivitas serta kerja tubuh berada di bawah pengaruh otak atau pikiran. Orang dengan mental yang sehat tentunya memiliki pikiran yang sehat.

Dengan pikiran kita termindset dalam hal positif, maka akan menimbulkan energi yang baik untuk tubuh.

Energi baik tersebut yang nantinya akan menangkal semua energi negatif yang menyebabkan berbagai macam penyakit seperti stroke, diabetes, juga penyakit jantung.

4. Membantu Meningkatkan Konsentrasi

Kesehatan mental memiliki hubungan yang sejajar dengan pola pikir dan juga arah pergerakan diri.

Seseorang dengan mental yang sehat akan memiliki pikiran yang lebih terfokus dan terarah sehingga memudahkan untuk mengumpulkan konsentrasi sehingga dapat melakukan aktivitas dengan maksimal.

5. Membantu Menghadapi Tantangan Keseharian

Stres maupun depresi sangat erat kaitannya dengan ketidaksehatan mental.

Mental yang tidak sehat tentu akan menghambat aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Oleh karena itu, kita harus bisa mengontrol pola pikir kita agar terhindar dari bahaya mental illness.

Sejauh ini pentingnya menjaga kesehatan mental menjadi salah satu ujung tombak untuk keberhasilan diri

Setelah lelah menghadapi kerasnya dunia dengan pressure yang terlalu tinggi hendaknya kita memberikan reward kepada diri kita sendiri sebagai bentuk apresiasi.

Dalam hal ini seni mencintai diri sendiri perlu dimainkan. Self reward akan menimbulkan euphoria yang bisa menghilangkan stres maupun depresi.

Opini-opini mengenai diri sendiri, entah itu positif maupun negatif, hendaknya bisa dijadikan motivasi untuk terus mengembangkan potensi diri.

Diketahui pula bahwa, hanya 2,6% dari remaja yang memiliki masalah kesehatan mental menggunakan fasilitas kesehatan mental atau konseling untuk membantu mereka mengatasi masalah emosi dan perilaku mereka dalam 12 bulan terakhir.

Angka tersebut masih sangat kecil dibandingkan jumlah remaja yang sebenarnya membutuhkan bantuan dalam mengatasi permasalahan mental mereka.

Baca Juga: Bagaimana Kita Dapat Mengubah Stigma Tentang Kesehatan Mental?

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

Selain itu berdasarkan Sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Badan Litbangkes tahun 2016, diperoleh data bunuh diri pertahun sebanyak 1.800 orang atau setiap hari ada 5 orang melakukan bunuh diri, serta 47,7% korban bunuh diri adalah pada usia 10-39 tahun yang merupakan usia anak remaja dan usia produktif.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Dr. Celestinus Eigya Munthe menjelaskan masalah kesehatan jiwa di Indonesia terkait dengan masalah tingginya prevalensi orang dengan gangguan jiwa.

Untuk saat ini Indonesia memiliki prevalensi orang dengan gangguan jiwa sekitar 1 dari 5 penduduk, artinya sekitar 20% populasi di Indonesia itu mempunyai potensi-potensi masalah gangguan jiwa.

“Ini masalah yang sangat tinggi karena 20% dari 250 juta jiwa secara keseluruhan potensial mengalami masalah kesehatan jiwa,” katanya.

Ditambah lagi sampai saat ini belum semua provinsi mempunyai rumah sakit jiwa sehingga tidak semua orang dengan masalah gangguan jiwa mendapatkan pengobatan yang seharusnya.

Permasalahan lain, lanjut Celestinus, adalah terbatasnya sarana prasarana dan tingginya beban akibat masalah gangguan jiwa.

“Masalah sumber daya manusia profesional untuk tenaga kesehatan jiwa juga masih sangat kurang, karena sampai hari ini jumlah psikiater sebagai tenaga profesional untuk pelayanan kesehatan jiwa kita hanya mempunyai 1.053 orang,” ucapnya.

Baca Juga: Pentingnya Menjaga Lingkungan Sosial demi Menjaga Kesehatan Mental

Artinya, satu psikiater melayani sekitar 250 ribu penduduk. Menurutnya, ini suatu beban yang sangat besar dalam upaya meningkatkan layanan kesehatan jiwa di Indonesia.

Bantuan untuk Remaja

Menurut sebuah penelitian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kira-kira satu dari delapan orang di seluruh dunia mengalami masalah kesehatan mental.

Selain itu, pada tahun 2020, pandemi COVID-19 menyebabkan jumlah penderita gangguan kecemasan dan depresi klinis bertambah masing-masing sekitar 78 juta orang.***

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo

Tags

Terkini

Terpopuler