Bank Dunia Perkirakan Ekonomi Rusia Hadapi Resesi 2023

- 18 November 2022, 10:50 WIB
Bank Dunia Perkirakan Ekonomi Rusia Hadapi Resesi 2023
Bank Dunia Perkirakan Ekonomi Rusia Hadapi Resesi 2023 /
KILAS KLATEN - Bank Dunia memperkirakan ekonomi Rusia dan sekutunya, Belarusia masih menghadapi resesi di 2023 karena ekonominya tumbuh negatif imbas sanksi perang dari negara Barat.
 
Disamping itu, Rusia juga masih akan menghadapi tantangan berupa harga-harga tinggi. 
 
Inflasi di Rusia tahun ini diperkirakan mencapai 13,9% dan masih akan bertahan di atas target bank sentral 4% sampai tahun 2024.
 
Bukan hanya Rusia, Belarusia juga masih akan berkontraksi tahun depan sebagai imbas dari perang di Ukraina. Kontraksi kegiatan ekonomi dan kemiskinan yang lebih tinggi diproyeksikan pada tahun 2023. 
 
Perekonomian dirmal terkontraksi 6,2% tahun ini dan 2,3% tahun depan. Penyebabnya, dunia usaha terus menghadapi hambatan sisi penawaran, sementara efek dari kebijakan untuk mendukung perekonomian dan mempromosikan substitusi impor belum terwujud.
 
 
Produk domestik bruto menyusut empat persen pada kuartal ketiga, menurut perkiraan awal badan statistik nasional Rosstat.
 
Hal yang sama terjadi juga pada kuartal kedua, sehingga kini Rusia telah memenuhi definisi teknis resesi dengan penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut.
 
Menurit informasi, penurunan output ekonomi sebesar empat persen antara Juli dan September itu lebih sedikit dari perkiraan para analis sebesar 4,5 persen.
 
Kontraksi ekonomi dipicu oleh penurunan perdagangan grosir sebesar 22,6 persen dan penurunan perdagangan ritel sebesar 9,1 persen.
 
Sanksi-sanksi Barat telah membatasi kegiatan ekspor dan impor, termasuk komponen manufaktur utama dan suku cadang.
 
Berbagai perusahaan juga mengalami kekurangan tenaga kerja akibat mobilisasi parsial ratusan ribu pria sebagai tentara cadangan.
 
 
Meskipun mengalami kontraksi ekonomi, angka pengangguran Rusia tetap berada pada level 3,9 persen pada September, menurut Rosstat.
 
Akibatnya, ekonomi Rusia menjadi lebih bergantung pada ekspor energi, yang kini mewakili 40 persen pendapatan pemerintah federal.
 
Perlu diketahui setelah Rusia terkena sanksi Barat atas serangan Ukraina, bank secara drastis menaikkan suku bunga acuan dari 9,5 persen menjadi 20 persen dalam upaya untuk melawan inflasi dan menopang rubel.
 
Lalu yang mengejutkan, pada bulan Oktober lalu, bank sentral Rusia mempertahankan suku bunga utamanya pada 7, persen. Ini adalah pertama kalinya sejak awal serangan militer di Ukraina tingkat suku bunga tetap tidak berubah.
 
 
Berkaitan dengan hal itu, Gubernur Bank Rusia Elvira Nabiullina mengatakan, pihaknya tidak berencana mengubah suku bunga hingga akhir tahun, sebagai tanda "adaptasi" ke "realitas baru.
 
Menurut kantor Boris Titov, komisaris presiden untuk pengusaha, sekitar sepertiga dari 5.800 perusahaan Rusia baru-baru ini mengalami penurunan penjualan dalam beberapa bulan terakhir.***

Editor: Fajar Sidik Nur Cahyo

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x